Ilmuwan Amerika Serikat mengembangkan teknologi rekayasa genetika untuk membasmi nyamuk penyebab demam berdarah di Kepulauan Cayman. Prevalensi penyakit itu di kepulauan ini dilaporkan sangat tinggi.
Uji coba kali ini adalah yang pertama dilakukan di alam terbuka setelah selama beberapa tahun dikembangkan dalam skala laboratorium dengan sejumlah hitung-hitungan kalkulasi.
“Uji coba lapangan ini akan menjadi sebuah lompatan besar,” kata Andrew Read, profesor biologi dan entomologi di Pennsylvania State University. Langkah untuk meniadakan serangka yang menjadi perantara penyakit, katanya, sangat menguntungkan bagi kehidupan.
Penyakit demam berdarah dimulai dari gigitan seekor nyamuk yang terinfeksi, menyebabkan demam, sakit pada persendian, dan berujung pada pecahnya membuluh darah. Sebanyak 2,5 miliar warga dunia berada dalam risiko demam berdarah, menurut data WHO, dan setidaknya 50 juta kasus ditemukan tiap tahun. Hingga saat ini, tak ada vaksin yang mampu mencegahnya. Berbeda dengan malaria, kejadian luar biasa demam berdarah tak bisa diprediksi.
Bagaimana sistem kerja nyamuk anti-demam berdarah ini? Peneliti di Oxitec Limited merekayasa nyamuk jantan steril dengan memanipulasi susunan DNA-nya. Di kepulauan Cayman ini, peneliti melepaskan 3 juta nyamuk jantan untuk menemui betina dari jenis yang sama. Perkawinan keduanya tak akan menghasilkan keturunan. Asal tahu saja, nyamuk pengisap darah hanyalah nyamuk betina yang tengah hamil.
Dalam sepekan, para ilmuwan melepaskan nyamuk secara bertahap sebanyak tiga kali di area seluas 40 acre. Di gugus Kepulauan Karibia ini, demam berdarah memang tengah mewabah. Diharapkan, nyamuk mandul ini akan mampu menekan kasus demam berdarah hingga 80 persen.
Namun langkah ini ditentang sebagian besar aktivis lingkungan. Mereka mengkhawatirkan akan lahir nyamuk mutan — hasil mutasi gen yang tak dikehendaki — yang justru akan membahayakan manusia dan lingkungan.