Skip to content

Callao Kisah Manusia Pertama Filipina

LUKI AULIA

Gelar Manusia Tabon dari Palawa atau Tabon Man sebagai manusia pertama yang menjejakkan kaki di daratan Filipina tampaknya harus diubah. Tim arkeologi University of the Philippines dan National Museum menemukan fosil seruas tulang jari kaki kanan Manusia Callao atau Callao Man berusia 67.000 tahun atau 20.000 tahun lebih tua dari Manusia Tabon yang berusia 47.000 tahun.

Manusia Tabon diyakini sebagai manusia pertama Filipina selama puluhan tahun setelah fosilnya ditemukan di sebuah goa di Pulau Palawan, Filipina barat, pada Mei 1962. Posisi manusia Tabon tersingkir setelah fosil ruas tulang jari di kaki kanan manusia Callao ditemukan di Goa Callao dekat Penablanca, 335 kilometer sebelah utara Manila, Provinsi Cagayan, pada 2007.

Keberadaan manusia Callao baru dipublikasikan Journal of Human Evolution, Selasa (3/8), karena fosil tulangnya harus menjalani serangkaian tes penentuan usia fosil tulang dengan metode uranium-series dating di Perancis terlebih dahulu. Menurut situs Discovery News, fosil seruas tulang jari kaki temuan tim arkeolog pimpinan Armand Mijares dari University of the Philippines-Diliman itu kecil sekali, ”hanya” sepanjang 6,1 sentimeter.

”Bisa jadi manusia Callao ini manusia tertua se-Asia-Pasifik. Dilihat dari tulang kakinya, tubuh mereka kemungkinan kecil. Yang belum jelas adalah jenis kelaminnya, perempuan atau laki-laki,” kata Mijares.

Kepada media GMANews.TV, Mijares memaparkan, di dalam goa atau tepatnya di dekat lokasi penemuan fosil tulang manusia Callao ditemukan pula tulang rusa dan babi hutan. Dugaannya, kedua binatang itu adalah hasil buruan manusia Callao. Namun, di dalam goa tidak ditemukan peralatan berburu ataupun senjata. Tim arkeolog menduga, manusia Callao menggunakan bambu untuk berburu setelah melihat bekas-bekas luka sayatan pada tulang kedua binatang itu.

Mijares yakin manusia Callao atau bahkan mungkin nenek moyangnya mahir membuat rakit atau sampan sederhana. Harian the Philippine Star menyebutkan, teori sementara tim arkeolog adalah manusia Callao datang dari wilayah yang sekarang bernama Indonesia dengan menggunakan rakit. Pada masa itu, Filipina diduga masih dikelilingi lautan. Jika teori ini benar, kata arkeolog Victor Paz, bisa jadi dugaan, teori, ataupun peta penyebaran manusia modern di kawasan regional Asia-Pasifik berubah.

Pohon keluarga

Meski disebut dengan nama manusia Callao, tim peneliti belum sepenuhnya yakin manusia Callao ini 100 persen manusia modern seperti kita. Bisa jadi manusia Callao ini spesies yang masih berhubungan darah dengan manusia modern. Namun, sebagian peneliti yakin, manusia Callao ini memiliki kemiripan dengan Aytas di Luzon yang ciri-cirinya bertubuh pendek, rambut ikal, dan berkulit gelap. Aytas di Luzon ini juga selama ini dianggap sebagai spesies manusia yang pertama-tama berdiam di Filipina.

Karena baru seruas tulang jari kaki yang ditemukan, tim peneliti belum bisa menentukan ”pohon keluarga” manusia Callao, apakah masuk dalam keluarga besar Homo sapiens, Homo habilis, atau Homo floresiensis. Jika dilihat dari bentuk tulangnya, manusia Callao dikatakan mirip dengan Homo habilis dan Homo floresiensis, dua spesies yang berbeda dari manusia.

Dari bukti-bukti yang ditemukan selama ini, Homo sapiens diketahui pertama kali muncul di Afrika sekitar 200.000 tahun lalu. Homo habilis sendiri dipercaya sebagai nenek moyang Homo sapiens yang artinya tentu berusia lebih tua dari Homo sapiens. Adapun Homo floresiensis selama ini digambarkan sebagai spesies bertubuh pendek yang mirip manusia dan hidup di Indonesia pada masa Pleistocene Akhir.

Untuk menentukan apakah manusia Callao benar-benar manusia seutuhnya, tim peneliti akan melakukan penggalian lebih dalam di Goa Callao. Siapa tahu akan bisa ditemukan lagi bagian dari tengkorak manusia Callao atau fosil lain yang bisa memperjelas status manusia Callao.

Asal Flores?

Temuan terbaru ini menarik ketika muncul dugaan manusia Callao datang dari wilayah Indonesia. Manusia Callao bukanlah manusia pertama yang datang dari wilayah kita. Seperti disebutkan majalah the National Geographic edisi 1 April 2020, nenek moyang orang Filipina kemungkinan besar berlayar dari Pulau Flores pada 800.000-900.000 tahun lalu. Dan, nenek moyang itu bukan Homo sapiens, melainkan Homo erectus.

Menurut arkeolog Mike Morwood dari University of New England, Australia, satu-satunya jalur transportasi pada masa itu hanyalah jalur laut. Ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya binatang-binatang purba yang sama di kawasan Flores dan Filipina. ”Pasti Homo erectus lebih cerdas daripada yang kita kira selama ini,” ujarnya.

Analisis di harian Philippine Daily Inquirer menyebutkan, Homo erectus hidup 70.000-1,9 juta tahun lalu di Afrika, Asia barat, China, dan Indonesia. Sebelum manusia Callao ditemukan, jejak-jejak Homo sapiens yang tertua ditemukan di Goa Niah, Borneo, yang berusia 42.000 tahun.

Harian itu juga mengingatkan untuk tidak terlalu terburu-buru dalam menyimpulkan temuan fosil tulang jari yang kecil itu karena masih minimnya bukti. Beberapa tahun lalu, tim arkeolog dan antropolog biologi dari Australia menemukan Homo floresiensis di Indonesia yang mirip dengan Homo sapiens. Bedanya, ukuran tubuh dewasa hanya mencapai tinggi 1 meter.

Sampai saat ini saja keberadaan Homo floresiensis masih menjadi perdebatan karena ada yang menganggap Homo floresiensis itu sebenarnya Homo sapiens juga. Pasalnya, Homo floresiensis hidup pada periode waktu yang sama dengan Homo sapiens, yakni 17.000-95.000 tahun lalu. Jadi, kita tunggu saja hasil penggalian Goa Callao oleh tim arkeolog di Filipina, apakah benar nenek moyang masyarakat Filipina berasal dari Indonesia?