Skip to content

Candi Kimpulan Ditemukan Di Dalam Kampus Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Candi Kimpulan yang ditemukan Desember 2021 memberi kejutan dalam hal keberagaman benda di dalamnya. Selain itu, candi yang ditemukan di kompleks kampus Universitas Islam Indonesia Yogyakarta itu secara arsitektural memberikan gambaran betapa leluhur kita telah memiliki sistem rancang bangun yang terkonsep.

Diberi nama Kimpulan karena letak candi berada di Dusun Kimpulan, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

”Pemberian nama ini sesuai dengan etika dunia arkeologi. Nama bisa diambil dari temuan prasasti di candi itu. Karena tidak ada temuan prasasti, nama yang digunakan adalah nama dusun tempat ditemukannya candi,” kata Kepala Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala DIY Herni Pramastuti.

Menurut Ketua Tim Penataan/Pengelolaan Candi Kimpulan Indung Panca Putra, arsitektur candi yang dibangun antara abad IX dan X ini memang sederhana, tetapi pengerjaannya kaya teknik kekuatan bangunan yang memadai. Bangunan candi terdiri dari satu candi induk yang unik dan satu candi perwara. Bangunan candi induk berbentuk balok dengan ukuran 6,21 meter x 6,21 meter x 2,15 meter dan di bagian permukaan atas membentuk pelataran. Di tengah pelataran itu terdapat bangunan lingga dan yoni. Di sekeliling lingga-yoni terdapat 12 umpak.

”Umpak inilah sebagai bukti bahwa bagian atap candi merupakan bangunan lunak yang berupa kayu atau bambu, yang sudah sulit dicari sisa-sisanya. Jarang sekali kita menemukan candi dalam kondisi utuh dengan banyak bukti bahwa candi itu berbahan kayu sebagai atap candi,” kata Indung.

Yang menarik lagi, candi ini sudah memiliki sistem penguatan bangunan dan sistem resapan yang berteknologi tinggi pada masanya.

Disangga batu kali

Tubuh candi disangga oleh susunan batu-batu bolder atau batu kali dan tanah liat. Kedalaman 1,5 meter dari tubuh candi diisi oleh lapisan tanah liat campur pasir, selebihnya sampai kedalaman fondasi paling dasar diisi batu kali berbagai ukuran, bahkan ada yang sampai berdiameter 1 meter.

Hasil penelitian dari alat sonder tanah, permukaan dasar fondasi candi ini setiap 1 sentimeter persegi bisa menahan beban 250 kilogram. ”Jadi bisa kita bayangkan sistem pemikiran moyang kita dalam hal memperhitungkan dunia arsitektur bangunan begitu terukurnya,” kata Indung.

Barangkali kekuatan ini pula yang menyebabkan Candi Kimpulan ditemukan dalam keadaan utuh. Fondasi penguat candi juga bisa berfungsi sebagai resapan air. Dari struktur bangunan fondasi ini, ada celah-celah yang mengalirkan air ke sungai yang mengapit keberadaan candi ini. Itu sebabnya candi bukan saja selalu kering, tetapi juga terhindar dari gerusan air.

Dikatakan, candi yang ditemukan terlengkap karena banyak temuan di candi ini khususnya berkaitan tempat peribadahan, mulai dari manik-manik sampai perhiasan. Ditemukan pula benda-benda purbakala, seperti sebuah lempeng emas kecil yang berbentuk bulat dengan lambang padma, puluhan fragmen (serpihan) emas, perak, perunggu, dan logam, hingga sejumlah mata uang perak yang bertuliskan huruf Jawa Kuno.

Penyederhanaan konsep

Ditinjau dari segi agama, candi yang beraliran Hindu ini juga memiliki konsep penyederhanaan dari sebuah tempat persembahyangan. Dalam konsep bangunan candi yang beraliran Hindu, umumnya candi induk diapit oleh candi perwara (candi kecil) berjumlah tiga buah. Hanya di Candi Kimpulan yang mempunyai satu candi induk dan satu candi perwara.

Namun, berdasarkan hasil temuan yang ada, kata Indung, bisa disimpulkan keberadaan Candi Kimpulan lebih merupakan penyederhanaan konsep tempat peribadahan.

Pada candi Hindu umumnya, candi induk selalu dihuni oleh lingga-yoni sebagai isi bangunan utama. Sementara tiga candi perwara berisi tiga arca, yakni arca lingga-yoni, arca nandi, dan arca berbentuk sumuran.

”Tampaknya dalam Candi Kimpulan itu, tiga candi perwara disederhanakan menjadi satu candi perwara. Terbukti dalam candi itu juga berisi tiga arca, yaitu lingga-yoni, arca nandi, dan arca sumuran,” tegasnya.

Itu sebabnya, Candi Kimpulan dikategorikan sebagai candi yang berada di kawasan tingkat desa. Ada asumsi-asumsi dari kalangan arkeolog, tingkat ekonomi masyarakat, jumlah sumber daya manusia, yang melahirkan penyederhanaan tempat persembahyangan itu.

Kesederhanaan Candi Kimpulan juga ditunjukkan dengan tak adanya ornamen. Hanya di sudut-sudut bangunan saja yang ada sedikit ornamen. Anehnya arca Ganesha yang mendampingi lingga-yoni di candi utama, ornamennya sangat detail dan indah sekali. ”Inilah arca Ganesha yang mengagumkan dan jarang ditemukan. Sampai rambut Ganesha itu begitu terlihat detail pahatannya,” kata Indung.

Yang paling bermakna adalah spirit Candi Kimpulan ini. Bukan kebesaran tempat ibadah yang memberi arti. Penyederhanaan konsep tempat ibadah, adalah keinginan untuk berbakti, dalam kondisi hidup yang sederhana.

Ketua Pengurus Badan Wakaf UII Lutfi Hasan pernah menyebut, candi ini akan ”memperkaya” UII. Tak salah yang diucapkan Lutfi, karena candi ini setidaknya telah memberikan pelajaran tentang belantara dunia arsitektur kita. Arca Ganesha yang indah yang ditemukan di candi itu adalah simbol pendidikan, senapas dengan semangat UII.

Mungkin itu salah satu yang mendorong UII menghibahkan tanahnya seluas 1.386 meter persegi untuk mengakomodasi area lokasi candi tersebut.