Berkebun di era milenium ketiga ini sudah tidak lagi memerlukan lahan luas sebagai media tanam. Berbagai cara bisa dilakukan untuk ikut menyukseskan program dunia mengurangi pemanasan global. Berkebun di dalam rumah dengan pot atau di pekarangan sekitar rumah sudah menjadi hal yang biasa dilakukan banyak orang.
Baru-baru ini dengan teknik kultur jaringan dan penelitian turunannya yang dikembangkan oleh Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman Pasir Banteng Jatinangor, ternyata kita pun bisa berkebun di mana saja, termasuk di dalam kendaraan seperti mobil atau motor.
Memang terdengar sedikit rumit di telinga karena pasti tidak akan percaya sebelum melihat dengan mata dan kepala sendiri.
Peneliti Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman Pasir Banteng, Lasmini, mengatakan, pengembangan kultur jaringan ini sudah dilakukan selama setahun terakhir, mulai tahun 2022 hingga sekarang.
Proses yang memerlukan waktu penelitian sekitar satu tahun dengan segala kecermatan dan kesabaran para peneliti ini akhirnya membuahkan hasil. Berbagai macam benih tanaman, mulai jenis bunga-bungaan seperti anggrek serta jenis buah-buahan seperti pisang dan jeruk bisa kita tanam di mobil atau motor.
Penelitian ini dilakukan pertama kali dengan cara perbanyakan benih melalui biji yang disilangkan. Setelah disilangkan, proses selanjutnya adalah penyebaran di laboratorium. Beberapa benih memerlukan waktu yang berbeda untuk pertumbuhannya. Seperti pada jenis anggrek. Jenis anggrek katlea memerlukan waktu sembilan bulan, sedangkan anggrek jenis panda memerlukan waktu tujuh bulan untuk pertumbuhannya.
Lalu, bagaimana menanam benih di kendaraan mobil atau motor? Hal ini akan dilakukan dengan cara memisahkan benih yang telah tumbuh satu per satu ke dalam stoples, gelas bekas selai, atau bekas cairan obat. Media yang digunakan untuk menanam benih ini disebut sebagai murasic skord. Para penggemar tanaman pasti sudah tidak asing lagi dengan media seperti ini dan sangat mudah ditemukan di toko obat tanaman.
“Media ini sudah lazim digunakan dalam teknik kultur jaringan. Dalam media ini terdapat unsur hara yang diperlukan tanaman untuk jangka waktu tertentu dari dua sampai dengan empat bulan,” ujar Lasmini saat ditemui di area bazar parkir barat Gedung Sate, Senin (31/1).
Selain murasic skord, media lain yang bisa dipakai dalam teknologi kultur jaringan ini adalah pakis campuran arang sekam, dan bawahnya arang sekam atasnya spagnumose.
“Anda tidak perlu sibuk menyiram tanaman karena semua unsur hara yang diperlukan oleh tanaman sudah ada dalam media tanam,” katanya.
Perlakuan yang harus kita lakukan adalah memindahkan benih jika arah tumbuhnya sudah melebihi batas atas stoples. Jika arah tumbuhnya makin besar, tumbuhan siap untuk ditanam di media aslinya, yaitu tanah.
“Awal mulanya benih-benih tanaman yang kita simpan dalam stoples ini kita berikan untuk suvenir bagi mereka yang berkunjung ke Balai. Namun karena mulai banyak permintaan, kami jual dan promosikan di acara bazar seperti ini,” ujarnya.
Permintaan benih hasil kultur jaringan ini juga datang dari kalangan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian.
Tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk mendapatkan benih hasil kultur jaringan yang dipastikan bebas hama penyakit ini. Untuk benih kecil yang sudah dikemas dan siap ditempel di kendaraan, kita perlu mengeluarkan uang Rp 7.500 sampai dengan Rp 10 ribu. Tentu saja benih yang didapatkan pasti berkualitas karena telah teruji di balai pengembangan benih.
Balai Pengembangan Benih di Jatinangor telah menjadi pusat studi banding dari kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat. Ke depan harapan pemerintah provinsi Jawa Barat, Balai Pengembangan Benih ini bisa menjadi pionir penemuan-penemuan penting lain yang bisa bermanfaat bagi masyarakat Jawa Barat khususnya dan warga Indonesia pada umumny