Wakil Presiden Boediono menyatakan, di tengah-tengah peringatan Hari Kebangkitan Teknologi ke-15, persoalan yang masih terjadi adalah upaya menyinergikan teknolog di satu sisi dengan ekonom di sisi lain.
”Jika kita tidak bersinergi, maka hasilnya pun akan seperti sekarang ini. Padahal, yang harus dilakukan adalah sinergi antara teknolog dan ekonom untuk menghasilkan produktivitas bangsa ini,” kata Wapres saat berpidato di Hari Kebangkitan Teknologi ke-15 di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (10/8).
Dalam acara itu hadir Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, Menteri Pertanian Suswono, dan para periset lainnya.
Boediono mengakui, dulu, dikotomi antara ekonom dan teknolog agak tajam. ”Ini tidak boleh terjadi lagi sebab keduanya penting. Saya harap kedua profesi ini harus saling mendengar dan saling bicara. Selama tidak mau saling mendengar, saya kira muaranya akan sama,” ungkap Boediono.
Suharna mengakui, persoalan sekarang ini dalam kebangkitan teknologi adalah mencari titik temu produktivitas dari sinergi teknologi dan ekonomi. Kemampuan periset Indonesia diakuinya sudah sangat bagus. Hanya mempertemukan kedua hal itu harus terus didorong agar produktif.
Suharna menambahkan, diperlukan penguatan pada sistem inovasi nasional yang meliputi beberapa bidang dan tak hanya di bidang teknologi. ”Percuma dilakukan riset besar-besaran, tetapi hasilnya tak bisa digunakan industri. Sebaliknya, industri juga membutuhkan hasil-hasil riset. Akan tetapi, selama ini kesulitan untuk mengomunikasikannya,” kata Suharna.
Upaya mendorong kreativitas dan inovasi di masyarakat, jelas Warsito P Taruno, Staf Khusus Menristek Bidang Riset dan Kerja Sama, Kementerian Riset dan Teknologi telah meluncurkan program insentif bagi pemuda di daerah. Untuk program pengembangan inovasi di kalangan pemuda ini dialokasikan dana sebesar Rp 5 miliar untuk program selama dua tahun.