“Perkiraan jangka panjangnya tidak begitu optimistis,” kata ilmuwan atmosfir Jennifer Francis dari Rutgers University, Jumat (2/5) waktu setempat.
Musim panas yang lalu, es di utara berkurang dengan kecepatan tertinggi yang pernah dicatat–yang diduga karena pemanasan global.
Walaupun radiasi matahari dan gas ruang kaca di atmosfir di kutub sama dengan bagian bumi yang lain, sampai saat ini kawasan kutub merespon secara berbeda, kata pakar oseanografi James Overland dari National Oceanic and Atmospheric Administration.
Kesimpulan para peneliti: di Utara, pemanasan global dan keragaman iklim alami saling mempengaruhi, membawa Arktik ke kondisi baru dengan lebih sedikit laut es dibandingkan sebelumnya.
Sebaliknya, Overland menjelaskan, lubang ozon di Antartika melindungi kondisi benua ini, sehingga suhunya tetap rendah di hampir seluruh bagian, kecuali pada semenanjung yang menjorok ke Amerika Selatan.