Peneliti dan budayawan Kerinci Iskandar Zakaria mengatakan, temuan warga yang diduga gigi manusia purba itu bisa menjadi data yang memperkuat asumsi tentang keberadaan “orang Pandak” yang selama ini dianggap hanya mitologi.
“Temuan gigi itu bisa menjadi data awal untuk penelitian lebih lanjut,” katanya disela-sela meninjau langsung lokasi temuan gigi diduga manusia purba di Dusun Batu Gong Koto Beringin-Kumun Kecamatan Kumun-Debai Kota Sungaipenuh, Jambi, Sabtu.
Selain dugaan fosil makluk purba Kingkong atau sejenis temua ini juga berkemungkinan fakta baru bagi keberadaan makluk mitologi Orang Pandak di Kerinci selama ini. Bisa jadi fosil ini adalah tulang belulangnya, ujarnya.
Hal tersebut diungkapkannya setelah dia bisa memastikan dugaannya kalau gigi dan fosil temuan warga Kumun Pardinal tersebut pastilah milik makluk berkaki dua, bukan berkaki empat seperti dugaan warga setempat.
Hal yang pasti bukan gigi makluk berkaki empat seperti kerau, kuda atau pun gajah. Bentuk giginya lurus-lurus seperti gigi manusia, hanya saja ukurannya besar-besar. Sepertinya makluk ini pemakan tumbuhan maupun daging atau berjenis Omnivora.
Sementara dihubungkan dengan keberadaan `Orang Pandak` yang selama ini hanya dianggap mitos, secara fisiologis memang ukurannya hanyalah maksimum 80 cm.
Namun makluk tersebut memiliki bagian kepala yang besar yang muka atau wajah yang menyorong ke depan layaknya wajah binatang primata kera.
Dengan kepala besar itu tidak menutup kemungkinan giginya bisa seukuran panjang delapan centimeter dan lebar 2,5 centimeter.
Hingga saat ini, memang belum pernah ada temuan tentang kerangka makluk yang masih dianggap mitos tersebut. Diakui Iskandar warga memang banyak yang mengaku sering bertemu dengan makluk berciri badang penuh bulu tersebut.
“Nah, dengan temuan ini, bisa saja memperkuat asumsi bahwasanya keberadaan Orang Pandak di Kerinci tersebut bukan sebatas mitos atau cerita mulut ke mulut semata, kalau fosil dan gigi ini berhasil di teliti dengan tepat di laboraterium nantinya,” ujarnya.
Sementara Pardinal, warga Kumun Hilir yang pertama menemukan gigi dan tumpukan belulang yang disangka fosil manusia purba tersebut mengakui beberapa ruas tulang yang masih tersisa ukurangnya memang beruas pendek-pendek.
Kalau ruas tulasng yang kita temukan bersama gigi ini ukurannya pendek-pendek, jadi mungkin saja ukuran tubuhnya tidak tinggi seperti Kingkong, tambahnya.
Guna memperoleh kepastian tentang kesimpulan dari temuan diduga fosil manusia purba tersebut, Iskandar mengaku akan segera mengirim sampel serpihan belulang yang masih bisa didapatkannya dari bekas galian ke laboraterium BP3 di Jakarta untuk diteliti lebih lanjut.
Peneliti dan budayawan Kerinci Iskandar Zakaria yang meninjau lokasi temuan gigi diduga manusia purba di dusun Batu Gong Koto Beringin-Kumun Kecamatan Kumun-Debai Kota Sungaipenuh Kerinci, Jambi memperkirakan temuan warga tersebut adalah fosil makluk purba.
“Dari pengamatan dan pemeriksaan awal kami, gigi-gigi besar ini memang diduga kuat dari makluk purba, tapi tidak bisa kita pastikan manusia atau binatang,” katanya di Sungaipenuh, Sabtu.
Iskandar bahkan berani memastikan kalau empat buah gigi besar tersebut bukanlah dari makluk berkaki empat melainkan makluk berkaki dua, karena struktur giginya tidak bengkok seperti gigi makluk berkaki empat pada umumnya.
Empat gigi yang masih tersisa utuh tersebut rata berukuran 8 cm dengan lebar i,5 cm dan tinggi 1 cm. Menurut Pardinal (31) warga desa Kumun Hilir yang berprofesi sebagai penambang pasir dan batu, penemu pertama gigi dan fosil tersebut mengakui masih ada gigi lainnya dan bahkan fosil berupa tulang belulang yang disimpan rekannya.
“Bisa jadi ini gigi binatang, tapi binatang yang berjalan denga dua kaki, entah itu Kingkong, gorilla, bahkan mungkin memang benar gigi manusia purba Homo Kerincineinsis seperti diduga para ahli arkeologi sebelumnya,” ucapnya.
Bahkan gigi tersebut adalah sisa dari kerangka makluk yang selama ini dianggap mitologi masyarakat Kerinci yakni Orang Pandak.
Saat Pardinal menunjukkan lokasi temuannya, Iskandar yang menggali-gali bekas galian tersebut kembali menemukan sisa-sisa belulang yang sudah sangat rapuh seperti halnya tanah. Dia pun langsung mengambil serpihan belulang itu untuk jadi sampel yang akan dikirimkannya ke laboraterium BP3 Kemebudpar di Jakarta.
“Kami akan kirim sampel fosil tulang yang sudah lapuk ini ke laboraterium BP3 di Jakarta guna diteliti lebih lanjut untuk bisa memastikan ini fosil makluk purba jenis apa,” ujarnya.
Sementara Pardinal warga yang menemukan pertama keberadaan fosil dan gigi-gigi besar tersebut mengaku saat menemukan benda tersebut sempat kaget karena mendapati tulang belulang dan tengkorak di galian tempatnya membuka jalan menuju lokasi dia menambang pasir dan batu.
“Saat itu kami terkejut mendapati tulang besar-besar seperti itu. Sebagian rekan-rekan mengira itu adalah gigi kerbau, karenanya sebagian tulang yang sudah keropos itu dibuang ke sungai sementara beberapa gigi dan tulang yang masihkuat disimpannya,” lanjutnya.
Pardinal mengaku sangat bahagia ada pihak yang berikutnya mengapresiasi temuan yang telah disimpannya semenjak pertengahan 2021 lalu itu.
“Tentu saja saya sangat bahagia Pak Iskndar dan tim serta rekan-rekan wartawan sudi mengapresiasi dan menelaah temuan saya ini. Pasalnya selama ini oleh warga saya dipandang sinis sementara yang datang ke sini lainnya adalah para makelar barang-barang antik yang hanya berniat membeli temuan saya ini,” katanya.