Acara “Plastic Phobia” yang merupakan rangkaian akhir dari “Anti Plastic Campaign Bag” atau Kampanye Anti Kantong Plastik itu diwarnai oleh “hapening art” dan aksi seni instalasi dari mahasiswa Design Grafis ITB.
“Semangat merubah budaya penggunaan kantong plastik perlu dilakukan dari diri individu masing-masing. Upaya ini sangat positif untuk menghentikan bencana lingkungan akibat kantong plastik di masa depan,” kata Rektor ITB Prof Dr Joko Santoso di sela-sela acara kampanye itu. Menurut Joko, sudah selayaknya kawula muda lebih peduli dan ramah kepada lingkungan, karena generasi muda akan menentukan penyelamatan lingkungan di masa mendatang.
Rektor berharap, kampanye anti kantong plastik itu tidak berhenti di satu tahapan, namun harus dilakukan secara kontinyu kepada masyarakat. Kesadaran untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sangat positif, terutama kepada mereka yang punya aktivitas langsung dengan penggunaan kantong plastik itu.
“Adalah sebuah tantangan bagi kalangan kampus dan generasi muda untuk mencari solusi pengganti kantong plastik,” katanya. Sementara itu, para pelajar dan mahasiswa melakukan pawai anti kantong plastik mengitari beberapa jalan protokol di sekitar Kampus ITB sambil mengusung poster anti kantong plastik.
Selain itu, beberapa karya instalasi tentang lingkungan juga menyita perhatian pengunjung dan peserta kampanye anti kantong plastik itu. Beberapa pesannya antara lain “Kantong Kresek Sudah Mencuri Sisi Bumi Kita Sampai ke Dunia Orang Mati Sekalipun”, “Berjuta-juta Pohon Ditebang untuk Menjadi Korban untuk Menjamin Keberadaan Sebuah Kantong Kresek” Poster lain bertuliskan “Keberadaan Kantong Kresek Semakin Menyelimuti Bumi Kita Tercinta”.
“Kampanye Anti Kantong Plastik ini difokuskan kepada generasi muda 16-26 tahun. Kami berharap anti kantong plastik menjadi ’trend’ kalangan anak muda sehingga mereka sadar akan bahaya sampah plastik yang baru terurai setelah ratusan tahun,” kata Ketua Panitia “Anti Plastic Campaign Bag”, Cinta Azwindatari. Kampanye anti kantong plastik itu juga mendapat dukungan dari sejumlah artis dan aktivis lingkungan dari Walhi, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda
Kesadaran mengurangi penggunaan kantong plastik dalam kehidupan sehari-hari harus ditanamkan sejak dini karena kantong plastik tidak dapat terdegradasi di alam.
Hal ini diingatkan Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik dan Skala Usaha Kecil Kementerian Negara Lingkungan Hidup Tribangun L Song di sela-sela Kampanye Antikantong Plastik di Kampus Institut Teknologi Bandung, Sabtu (9/2).
Kegiatan yang dimotori Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB ini diikuti ratusan pelajar, mahasiswa, artis, dan aktivis lingkungan hidup di Kota Bandung.
Di berbagai negara maju, kampanye antikantong plastik (white pollution) sudah menjadi hal lumrah. Pemerintah China dan Australia bahkan telah mengeluarkan kebijakan larangan bagi supermarket dan toko-toko membagi-bagikan plastik undegradable (tidak dapat terurai).
Muhammad Chairul, dosen Teknik Lingkungan ITB, mengatakan, sampah plastik rata-rat memiliki porsi sekitar 10 persen dari total volume sampah. Dari jumlah itu, sangat sedikit yang didaur ulang. Padahal, sampah plastik berbahan polimer sintetik tidak mudah diurai organisme dekomposer. Butuh 300-500 tahun agar bisa terdekomposisi atau terurai sempurna.
Membakar plastik pun bukan pilihan baik. “Plastik yang tidak sempurna terbakar, di bawah 800 derajat Celsius, akan membentuk dioksin. Senyawa inilah yang berbahaya,” ujarnya.
Pingback: My Blog » Blog Archive » TREND IT - one
Comments are closed.