Areal kebun salak merupakan tempat berkembang biak nyamuk anopheles. Kondisi ini mengakibatkan daerah yang menjadi sentra salak seperti Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, berpotensi menjadi tempat berjangkitnya penyakit malaria.
Nyamuk anopheles menyukai tempat-tempat yang memiliki ciri seperti kebun salak, lembab, terdapat air menggenang, dan kotor.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Hendarto, Senin (1/3), mengatakan, kasus malaria Kecamatan Srumbung pertama kali ditemukan pada tahun 2004. Ketika itu, awal penyebaran penyakit berasal dari warga yang tertular virus tersebut dari luar kota.
“Namun, karena kondisi daerah di Kecamatan Srumbung mendukung, ketika itu nyamuk berkembang cepat, penularan penyakit yang semula berasal dari luar berubah menjadi lokal,” ujarnya.
Pada tahun 2004, jumlah penderita malaria yang terdata mencapai 24 orang. Setelah dilakukan penyuluhan dan pembersihan lingkungan, penyakit malaria tidak pernah lagi ditemukan di Kecamatan Srumbung hingga tahun 2009. Pada tahun 2010, kasus malaria kembali muncul menjangkiti empat warga Desa Banyuadem.
Untuk menghindari penularan penyakit malaria, menurut Hendarto, setiap petani salak diminta untuk rajin membersihkan kebun dan mengupayakan agar air irigasi selalu mengalir.
Kepala Desa Banyuadem mengatakan, selama bulan Februari 2010 terdapat 266 orang yang menderita gejala malaria, yaitu panas tinggi, menggigil, dan pusing. Dari jumlah tersebut, 119 orang berasal dari Dusun Ganden dan 147 dari Dusun Banyuadem.
“Rata-rata penderita yang terjangkit penyakit malaria berasal dari satu keluarga,” ujarnya.