Prestasi tinggi tercapai apabila manusia berada dalam lingkungan kerja yang nyaman. Dengan prinsip itu, ergonomi dikembangkan untuk merancang lingkungan fisik dan sarana kerja yang menyenangkan bagi manusia untuk berkreasi dan beraktivitas.
Sarana kerja yang membuat tubuh cepat pegal, mata mudah lelah, suasana yang bising, serta suhu udara ruangan yang terlalu panas atau dingin merupakan faktor yang dapat mengganggu pekerjaan.
Seorang wartawan dari Far Eastern Economic Review (FEER) yang bertugas di Bangkok, Thailand, pada tahun 1990-an, Kavi, kini hidupnya terbatas di atas kursi roda karena dia tidak bisa sama sekali menggerakkan tubuhnya. Sebagian besar tubuhnya mendadak terserang lumpuh. Hanya bagian leher ke atas yang bisa digerakkan dan masih bisa merasakan stimulan dari luar.
Menurut Kavi, serangan lumpuh tersebut datang secara mendadak. Dia baru menyadari bahwa selama bertahun-tahun duduk dengan posisi kurang nyaman di meja kerjanya. Hal itu rupanya berakibat ke tulang belakang dan susunan sarafnya.
Masalah seperti itu dapat diatasi dengan ergonomi, yaitu ilmu mendesain peralatan dan tempat kerja yang sesuai bagi pekerja. Pendekatan ilmu ini berorientasi kepada manusia.
Dengan mengukur postur dan daya tahan tubuh pekerja terhadap beban tugas dan kondisi lingkungan tertentu, dirancanglah suasana dan sarana kerja baru yang nyaman.
Mencegah tegangan otot
Rancangan yang ergonomis diperlukan untuk mencegah regangan dan ketegangan otot berulang yang dapat berkembang menjadi gangguan fisik jangka panjang sehingga mengakibatkan kecacatan.
Disiplin ilmu ini bersangkutan dengan upaya memahami interaksi antara manusia dan elemen lain dalam suatu sistem sehingga kinerja menjadi optimal, demikian pendefinisian dari International Ergonomics Association.
Dalam merancang interaksi manusia dan komputer, misalnya, jarak mata dan layar monitor akan diatur sekitar 45 cm hingga 60 cm dan sudut pandang mata pun tegak lurus dengan layar. Selain itu, untuk mengetik, sudut siku sebaiknya 90 derajat. Ini dapat dicapai dengan menggunakan kursi yang dapat diatur sesuai dengan postur pengguna komputer.
Bukan itu saja kenyamanan yang dibutuhkan. Perlu juga dipenuhi syarat pencahayaan dan suhu ruangan paling nyaman bagi manusia.
Penerapan ergonomi bukan hanya untuk lingkungan perkantoran, melainkan juga pabrik, tempat tinggal, kendaraan, serta prasarana dan sarana publik lainnya yang ”bersentuhan” dengan manusia.
Mendorong ilmu lain
Ergonomi mendorong berkembangnya ilmu lain, seperti antropometri (pengukuran fisik manusia), biomekanik, teknik industri, kinesiologi (ilmu gerak fisik manusia), fisiologi, dan psikologi.
Pada tahun 2000-an penggunaan ergonomi untuk terapi okupasi menempatkannya menjadi salah satu dari 10 besar ilmu terapan yang paling banyak dipraktikkan.
Ergonomi sesungguhnya bukanlah hal baru. Karena dasar ilmu ini telah ada pada abad ke-5 SM, yaitu pada zaman Yunani Kuno, dan pada masa dinasti Mesir kuno.
Ini ditunjukkan oleh desain alat, pekerjaan, dan tempat kerja mereka. Salah satu contoh adalah cara kerja dan alat bedah rancangan Hippocrates.
Istilah ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) serta pertama kali masuk leksikon modern ketika Wojciech Jastrzebowski menggunakan istilah ini pada tahun 1857.
Kemudian pada abad ke-19 Frederick Winslow Taylor memperkenalkan Manajemen Ilmiah, yaitu metode yang mengoptimalkan pelaksanaan suatu pekerjaan.
Metode Taylor kemudian dikembangkan oleh Frank dan Lillian Gilbreth pada awal 1900-an menghasilkan metode Studi Waktu dan Gerak. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dengan menghilangkan langkah dan gerakan yang tidak perlu.
Dengan pendekatan ini, jumlah komponen gerakan dalam pemasangan batu bata, misalnya, dapat dikurangi dari 18 menjadi 4 sehingga tukang batu dapat meningkatkan produktivitas mereka dari 120 menjadi 350 batu bata terpasang per jam.
Pada Perang Dunia II pengembangan mesin dan persenjataan menggunakan ergonomi agar kognisi, atensi, serta koordinasi tangan dan mata operator dapat optimal.
Pada tahun 1943 Letnan Angkatan Darat AS Alphonse Chapanis menunjukkan bahwa kesalahan manusia (human error) dapat sangat dikurangi dengan desain sistem kontrol di kokpit pesawat yang baik.
Metode ergonomi terus dikembangkan untuk berbagai jenis pekerjaan teknis dalam meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan produktivitas kerja. Pengembangannya sejalan dengan kemajuan teknologi informasi sehingga memunculkan bidang ergonomi baru, yaitu interaksi manusia-komputer (HCI).
Ergonomi Indonesia
Di Indonesia introduksi ergonomi tidak lepas dari peran Matthias Aroef yang membentuk Jurusan Teknik Industri di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1971, yang kemudian mendirikan Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi.
Kini Departemen Teknik Industri Universitas Indonesia pun telah memiliki Ergonomics Centre yang diresmikan pada 27 Januari 2022.
Pusat Ergonomi yang dilengkapi dengan sarana mutakhir ini, menurut Teuku Yuri M Zagloel, selaku Ketua Departemen TI UI, merupakan yang pertama di Indonesia yang memiliki sistem terlengkap untuk saat ini.
Fasilitasnya meliputi sistem pemindai lekuk tubuh manusia (anthro scanner), pelacak gerakan pupil mata (eye-tracker), perekam pola gerakan tubuh (capture-movement), ruang uji tingkat kebisingan, ruang uji suhu udara, dan peranti lunak Jack untuk merancang suatu lingkungan kerja.
Hasil pemindaian sistem anthro scanner, jelas Boy Nurcahyo, Kepala Ergonomics Centre, antara lain digunakan dalam perancangan pakaian dan perlengkapan prajurit.
Dengan anthro scanner yang dapat dibongkar pasang, menurut Boy, Ergonomics Centre akan melakukan pendataan ke beberapa daerah untuk membangun basis data postur tubuh manusia Indonesia yang beragam. Setiap suku memiliki ciri-ciri fisik khusus yang berbeda dengan ciri fisik suku lainnya.
Komponen utama anthro- scanner adalah sistem laser, yang dapat memindai dalam waktu 30 detik. Ada sekitar 151 titik pada tubuh yang menjadi target pemindaian. Data tersebut kemudian disimpan dalam server komputer.
Eye tracker dilengkapi dengan kamera kecil untuk menangkap gerak pupil mata. Alat ini digunakan antara lain untuk melihat efektivitas penempatan papan petunjuk arah dan lokasi di Bandara Soekarno-Hatta, tutur Agung Prehadi, asisten di Ergonomics Centre.
Kegunaan lain eye tracker adalah untuk merancang bentuk produk dan bagaimana penempatannya agar menjadi obyek yang paling menarik perhatian di rak toko.
Penggunaan capture movement antara lain untuk membantu merancang sepeda motor agar nyaman untuk dikendarai jarak jauh. Adapun ruang uji digunakan untuk mengetahui daya tahan tubuh manusia Indonesia terhadap kondisi suhu dan tingkat kebisingan pada tingkat tertentu.