Skip to content

LIPI Serpong Merancang Super Komputer

Sebuah rak besi beberapa tingkat berdiri di sudut ruangan berpenyejuk udara. Tingginya sekitar dua meter yang tersusun dari rangkaian pelat-pelat.

Salah satu tingkatnya ditutup dengan kaca transparan bak akuarium. Deretan kipas listrik hitam berukuran kecil tertempel di permukannya. Di dalamnya tampak berbagai piranti elektronik, tersusun dalam rak-rak vertikal. Di atas “akuarium” itu terletak satu unit monitor komputer.

Empat pria berkemeja rapi tampak beraktivitas di dekat rak yang penuh untaian kabel listrik tersebut. Ada yang duduk di lantai sembari mengutak-atik berbagai piranti komputer. Ada pula yang berdiri dekat rak, mengamati layar komputer dan berbagai peralatan di sana.

Itulah ruangan tempat Supercomputer (komputer super) milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) beroperasi saban hari. Adapun komputer supernya ya rak besi rakitan dan “akuarium” tadi itu.

Penampilannya memang tak mentereng, seperti komputer buatan pabrik. Tapi fungsinya sama saja. Komputer super didesain melakukan proses penghitungan dengan performa yang tinggi, baik kecepatan maupun kapasitas penghitungan.

Komputer rak besi itu dirancang dan dioperasikan oleh tim Fisika Teoritis dan Komputasi di Pusat Penelitian Fisika LIPI di Serpong, Tangerang, sejak 2000.

L. T. Handoko, salah seorang ahli fisika teoritis dan komputasi LIPI, mengatakan tujuan pembuatan komputer super itu pada awalnya adalah untuk memanfaatkan komputer-komputer rongsokan, berkapasitas kecil, dan memori yang cetek. “Kalau untuk windows mungkin sudah tidak mumpuni, tapi kalau menghitung masih bisa dimanfaatkan,” ucapnya.

Maka Handoko dan timnya mengumpulkan komputer-komputer model lama dengan prosesor mulai dari 486 MHz sampai Pentium II. Lantaran untuk penghitungan semata, mereka hanya memanfaatkan motherboard dan memorinya.

Setelah tuntas dirakit pada Agustus 2004, komputer itu bisa diakses melalui jaringan internet di situs internet yang beralamat: www.cluster.lipi.go.id. “Siapapun bisa mengakses,” kata Handoko.

Akses itu terbuka bagi siapapun tanpa dipungut biaya sepanjang jaringan internet pengakses mumpuni atau mendukung kapasitas jaringan pita besar (broadband). Menurut Handoko, inilah yang membuat komputer super LIPI menjadi unik dan berbeda dengan komputer super lain di Indonesia, contohnya komputer-komputer perusahaan perbankan.

Handoko mengatakan, komputer itu memang diciptakan terbuka untuk tujuan pendidikan bagi guru atau pelajar dan mahasiswa. Handoko berharap bisa tercetak ahli-ahli parallel programming yang kian diperlukan dalam penelitian ilmiah di berbagai bidang.

Komputer super LIPI adalah rakitan dari sejumlah computer processing unit (CPU) yang dirangkai secara pararel. Inilah rangkaian model cluster, “Yang masih jarang digunakan di Indonesia,” ucap Handoko.

Handoko mengatakan, rangkaian paralel membuat biaya investasi bisa ditekan. Selain itu, rangkaian itu juga fleksibel terhadap perubahan teknologi komputer yang cepat.

Masing-masing CPU yang terangkai menjadi satu itu lebih dikenal dengan istilah node. Komputer super LIPI ini terdiri dari 45 node atau 45 CPU.

Semakin besar jumlah node suatu komputer, maka semakin besar pula kapasitas dan kecepatan sang komputer dalam melakukan tugas-tugas komputasinya. Sebagai contoh, perusahaan mesin pencari yang terkenal, Google, menggunakan komputer yang terdiri dari 10.000 node.

Sejak diciptakan, kemampuan komputer super LIPI terus meningkat. Pada awalnya komputer itu sanggup melakukan komputasi 20 Gflops (Giga Flops-Floating Point Operations Per Second). Kini kemampuannya telah mencapai 150 Gflops.

Zainal Akbar, seorang ahli teknik informatika di tim itu mengatakan, sistem cluster menggabungkan antara piranti keras dan lunak yang akan memproses permintaan tugas yang dikirimkan pengguna lewat jaringan maya.

Tugas-tugas yang dipesan pengguna, dihubungkan (interface) ke cluster oleh piranti lunak bernama MPI (Message Passing Interface). Segala perhitungan pesanan pengguna lantas dieksekusi oleh program yang terkandung dalam library komputer super.

Agar semua pengguna mendapat kesempatan, tim itu lantas membagi-bagi node ke dalam sistem blok. Pengguna komputer akan diminta menyebutkan berapa jumlah node yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas yang dipesan.

Adapun node yang tersisa akan diberikan kepada pengguna lain, juga dalam bentuk blok. Melalui cara ini, kata Zainal, node yang tersisa bisa dinonaktifkan sehingga menghemat sumber daya. “Berbeda dengan komputer di luar negeri yang aktif terus menerus,” katanya.

Bagaimana tingkat keamanannya? Handoko mengatakan, segala proses pekerjaan yang dilakoni sang komputer diawasi oleh timnya lewat internet. Komputer super itu pun terhubung ke sebuah piranti master control yang bisa menutup atau meneruskan pekerjaan berdasarkan perintah administrator. “Selain secara manual, master control itu pun dioperasikan lewat internet,” katanya.

Sebagaimana lazimnya komputer super, maka komputer LIPI juga dipakai untuk kepentingan perhitungan dalam skala besar. Sejauh ini, komputer itu telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari tugas-tugas sekolah sampai penelitian ilmiah.

Zainal mengatakan komputer itu pernah dipakai menghitung kalkulus sampai pengujian teori Lattice Gauge Theory pada fisika partikel. Komputer itu juga pernah dipakai untuk simulasi cuaca sampai mengidentifikasi sebuah spesimen secara genetik.

1 thought on “LIPI Serpong Merancang Super Komputer”

Comments are closed.