Neanderthal dan Homo sapiens adalah relatif terdekat manusia modern. Faktanya, Neanderthal sudah punah sekitar 40.000 tahun silam, namun penelitian menunjukkan keduanya pernah melakukan kawin silang dan melahirkan interspesies.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports menuturkan bahwa kedua spesies ini berhubungan pada era Pleistosen Akhir. Lokasinya diklaim ada di Pegunungan Zagros, sebelah barat Iran, berbatasan dengan Iran.
Dikutip dari IFLScience Pegunungan Zagros menjadi tempat ideal karena memiliki keberagaman hayati dam topografinya dapat menampung masyarakat dalam skala besar. Ditambah lagi, tempat ini terbilang minim dampak dari pergeseran iklim Pleistosen.
Lokasi ini juga sesuai dengan catatan arkeologi dan bukti genetik. Wilayah Pegunungan Zagros kaya akan situs arkeologi yang berisi sisa-sisa Neanderthal dan Homo sapiens prasejarah.
Salah satu lokasi yang paling terkenal adalah Gua Shanidar di Wilayah Kurdistan, Irak Utara. Di sana, ada kerangka Neanderthal yang paling terawat yang pernah ditemukan. Gua ini juga merupakan lokasi ‘flower burial’ yang terkenal, kerangka Neanderthal yang kemungkinan telah ditaburi serbuk sari tanaman. Akan tetapi, kebenaran soal ‘flower burial’ sendiri masih jadi perdebatan.
Sekitar waktu yang sama ketika Neanderthal berada di wilayah tersebut, bukti menunjukkan bahwa dataran tinggi Persia berfungsi sebagai pusat penting bagi Homo sapiens saat mereka memulai migrasi utama mereka keluar dari Afrika.
Diketahui bahwa para ilmuwan pertama kali menemukan bahwa Homo sapiens dan Neanderthal kawin silang pada tahun 2010. Ketika itu, mereka mengurutkan genom Neanderthal secara lengkap. Dari penelitian, terungkap bahwa antara 1-4% genom semua manusia non-Afrika yang hidup saat ini berasal dari Neanderthal. Gen-gen ini terus membentuk banyak aspek penampilan dan perilaku kita, mulai dari hidung yang lebih besar, ambang rasa sakit yang lebih rendah, hingga kerentanan yang lebih tinggi terhadap COVID-19.
Perbedaan Home sapiens dan Neanderthal
Neanderthal (Homo neanderthalensis) adalah relatif terdekat manusia modern. Selain Neanderthal, ada juga Homo sapiens yang mirip dengan manusia saat ini. Diketahui bahwa Neanderthal telah punah sekitar 40.000 tahun yang lalu. Akan tetapi penelitian menunjukkan adanya kawin silang antara kedua tipe ini. Karena itu, masih ada DNA Neanderthal yang ditemukan di orang-orang Eurasian.
Lantas, apa bedanya Neanderthal dengan Homo sapiens?
- Fitur wajah
Shara Bailey seorang profesor antropologi biologi di New York University menyebut bahwa kita akan dengan cepat mengenali manusia Neanderthal. Ini dikarenakan mereka memiliki fitur wajah yang unik. Cirinya memiliki dahi yang miring dengan alis sangat tebal melengkung, hidung lebih lebar dan menonjol, hingga tengkorak mereka yang sedikit lebih memanjang. Dilihat dari samping, Neanderthal juga punya dagu yang lebih kecil serta gigi depan yang lebih besar dari kita. Lebih lanjut, meskipun Neanderthal memiliki ukuran otak yang mirip dengan H. sapiens, bentuk tengkorak mereka berbeda dengan manusia. “Tengkorak kita cenderung tinggi dan bulat, bentuk tempurung otaknya bulat, sedangkan tengkorak Neanderthal, seperti kebanyakan manusia purba lainnya, panjang dan rendah,” ujar Chris Stringer, pemimpin penelitian evolusi manusia di Natural History Museum di London, kepada Live Science. - Bentuk tubuh
Stringer menjelaskan bahwa Neanderthal dapat berdiri tegak dengan dua kaki dan tulang mereka lumayan mirip dengan manusia modern. Rata-rata, mereka memiliki tinggi 150-170 cm, badannya berotot dengan bahu lebar, serta punya pinggul melebar. Uniknya, peneliti menyebut Neanderthal mempunyai kapasitas paru yang 20% lebih besar dari kapasitas manusia modern. Lebih lanjut, anggota badan Neanderthal juga memiliki proporsi yang berbeda dari manusia modern. Segmen bawah lengan dan kaki mereka relatif lebih pendek dibandingkan dengan segmen atas, kata Stringer. Hal ini membuat mereka tampak kekar. - Perilaku
Neanderthal hampir-hampir mirip dengan manusia sekarang. Mereka mengubur kerabatnya yang meninggal dunia dan merawat mereka yang sedang sakit. Mereka juga tinggal di gua-gua, punya komunitas kecil, dapat membuat api dan memiliki bahasa. “Mereka mungkin meninggal relatif lebih awal dibandingkan dengan kita, jadi mungkin nenek dan kakek buyut jarang terjadi dibandingkan Homo sapiens,” jabar Stringer. - Diet Pola Makan
Dari pola makan, Neanderthal dipercaya mengonsumsi baik daging maupun makanan berbasis tumbuhan seperti biji-bijian dan kacang-kacangan. Akan tetapil, karena iklim yang lebih dingin, mereka lebih bergantung pada diet yang berdaging.
Neanderthal diketahui berburu binatang berukuran besar dan sedang, namun mereka tidak menggunakan senjata proyektil jarak jauh, jelas Bailey. Sebaliknya, mereka kemungkinan besar menggunakan teknik yang disebut perburuan penyergapan. Jadi, mereka akan bersembunyi di semak-semak sebelum melompat keluar dan menusuk binatang dengan tombak tajam.
Neanderthal juga mengenakan beberapa pakaian, seperti kulit binatang di bahu atau di sekitar pinggang, tergantung di mana mereka tinggal.
“Homo sapiens paling awal sebenarnya berperilaku sangat mirip dengan Neanderthal sehingga perbedaan antara keduanya muncul belakangan,” ungkapnya. Misalnya, ketika H. sapiens paling awal meninggalkan Afrika, sekitar 200.000 tahun yang lalu, mereka mungkin menggunakan jenis perkakas batu yang sama dengan yang digunakan Neanderthal. Baru sekitar 50.000 tahun yang lalu terjadi ‘ledakan’ kebudayaan di H. sapiens.