Skip to content

Maaf … Orangutan Malaysia Lebih Populer dan Terkenal Dibanding Saudaranya Di Indonesia

Popularitas orangutan Malaysia ternyata lebih bagus dibandingkan dengan orangutan dari Indonesia. Padahal, populasi orangutan Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan Malaysia.

Gubernur Kalimantan Barat Cornelis mengatakan, hal itu menjadi pertanda bahwa kemauan politik konservasi di Indonesia masih harus ditingkatkan. “Kalimantan ini jumlah orangutannya jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia. Namun, di program-program televisi berlangganan, orangutan Malaysia yang selalu muncul,” kata Cornelis.

Direktur Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF) EG Togu Manurung mengatakan, populasi orangutan di Kalimantan berjumlah 60.000 individu. Sejak tahun 2000, terdapat 820 orangutan yang direhabilitasi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Habitat orangutan di Sumatera maupun Kalimantan kian terancam oleh pembukaan hutan. Sejumlah survei populasi orangutan antara 2004-2020 memperkirakan populasi orangutan di Sumatera tinggal 7.400 ekor dan di Kalimantan tinggal sekitar 54.567 ekor.

”Survei terbaru menunjukkan, populasi orangutan semakin berkurang,” kata Deputi Koordinator Orangutan Conservation Service Program (OCSP) Regional Sumatera Pahrian Siregar, Sabtu (10/4) di Tapos, Kabupaten Bogor.

Siregar mengatakan, habitat orangutan Sumatera (Pongo abelii) kini tinggal tersisa di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Habitat itu pun semakin sempit karena terancam kegiatan pertambangan, hak pengusahaan hutan (HPH), pembalakan liar, dan perkebunan kelapa sawit.

Saat ini, Taman Nasional Leuser seluas 1 juta hektar menjadi habitat sekitar 6.000 orangutan. Kawasan seluas 213.000 hektar di Pantai Barat Sumatera menjadi habitat bagi sekitar 1.940 orangutan.

Namun, diperkirakan, orangutan di kedua habitat yang berdekatan itu sesungguhnya orangutan yang sama karena orangutan selalu berpindah-pindah. Kawasan Batang Toru dan Dairi-Pakpak menjadi habitat bagi sekitar 650 orangutan. ”Kepastian jumlah populasi memang sulit didapatkan, tetapi secara total populasi orangutan Sumatera tinggal sekitar 7.400,” kata Siregar.

Koordinator OCSP Regional Kalimantan Irfan Bakhtiar mengatakan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) diperkirakan tinggal sekitar 54.567 ekor, yang tersebar di Sabah (11.017 ekor), Kalimantan Timur (4.825), Kalimantan Tengah (34.975), dan Kalimantan Barat serta Serawak (7.425).

”Habitat Pongo pygmaeus morio di Kalimantan Timur, habitat Pongo pygmaeus wurmbii di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, ataupun habitat Pongo pygmaeus pygmaeus di Kalimantan Barat terancam pembalakan liar, konversi hutan menjadi perkebunan sawit, tambang batu bara, dan pembukaan hutan tanaman industri,” kata Irfan.

Tak ada kebijakan

Spesialis Kebijakan Konservasi OCSP Regional Kalimantan Niel Makinuddin menyatakan, meski Pongo pygmaeus merupakan spesies dilindungi, tetapi tidak ada kebijakan untuk melindungi habitat Pongo pygmaeus. Sekitar 70 persen habitat orangutan di Kalimantan Timur belum ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi.

”Beberapa habitat orangutan memang menjadi kawasan hutan lindung atau kawasan konservasi. Masalahnya, tidak semua habitat Pongo pygmaeus sudah berstatus hutan lindung atau kawasan konservasi. Meski Pongo pygmaeus adalah hewan dilindungi, nyatanya habitat Pongo pygmaeus tidak dilindungi dan terus berkurang akibat pembalakan ataupun kebijakan penanaman monokultur. Otonomi daerah juga membuat kawasan habitat terpotong-potong wilayah administrasi pemerintahan daerah, menjadi pulau-pulau habitat,” kata Niel.

Selaku Manajer Program Orangutan The Nature Conservation (TNC), Niel menyatakan, TNC bersama 19 lembaga swadaya masyarakat di Kalimantan sudah memperbarui survei populasi orangutan pada 2021.

”Data survei itu sudah dianalisis dan saat ini kami tengah menyusun laporannya. Populasi orangutan sudah berkurang dibandingkan hasil survei sebelumnya. Pada Mei, laporan itu akan dipublikasikan,” kata Niel.

Spesialis Kebijakan Hutan OCSP, Arbi Valentinus, mengatakan, habitat terpenting orangutan adalah lahan gambut.

”Habitat orangutan adalah kawasan penting dalam konteks perubahan iklim karena kerusakan lahan gambut menghasilkan emisi gas rumah kaca tinggi. Kerusakan habitat orangutan bukan hanya mengancam orangutan, melainkan juga mengancam keanekaragaman hayati dan ancaman terhadap pemanasan global,” kata Arbi.