Manusia purba yang menjadi leluhur manusia modern mungkin menghabiskan sebagian besar hidup mereka di atas pohon. Tapi kaki mereka dibuat untuk berjalan 2 juta tahun lebih cepat daripada yang diperkirakan.
Jejak kaki hominin, nenek moyang kita, yang ditemukan di Tanzania, Afrika Timur, sekitar 3,5 juta tahun lampau, menunjukkan mereka berjalan tegak, satu ciri yang membedakan manusia dari primata lainnya.
Jejak Laetoli tersebut dibuat oleh hominin yang berjalan melintasi abu vulkanik. Jejak telapak kaki itu kemudian mengeras karena terkena hujan dan terawetkan hingga ditemukan pada saat penggalian pada 1976.
“Beberapa orang menganggap jejak Laetoli terbentuk dengan cara seperti apa yang biasa dilakukan monyet, dengan postur agak membungkuk ke depan,” kata peneliti studi itu, Robin Crompton, dari University of Liverpool. “Temuan kami sangat berbeda. Jejak itu mendukung interpretasi berlawanan, yaitu jejak tersebut sangat modern dari berbagai aspek.”
Crompton dan timnya melakukan pemindaian digital yang sangat akurat terhadap jejak kaki itu dan menemukan perubahan kecil pada kedalaman jejak yang mengindikasikan di mana lebih banyak tekanan bertumpu, di belakang atau di bagian depan kaki. Mereka membandingkan jejak itu dengan jejak kaki manusia modern, yang biasanya mengenakan sepatu, dan beberapa contoh jejak kaki orang India dan Kenya, yang biasa berjalan tanpa alas kaki, serta jejak kaki simpanze dan bonobo, yang berjalan tegak.
“Jejak Laetoli sangat cocok dengan kisaran jejak manusia modern, saya amat yakin akan hal itu,” kata Crompton. “Itu adalah masa yang sangat awal bagi cara berjalan tegak seperti manusia.”
Jejak itu menunjukkan bahwa hominin melangkah dengan bertumpu pada ibu jari kaki. Sebaliknya, kera besar yang ada saat ini, seperti bonobo dan simpanze, melangkah dengan bagian tengah kaki.
Satu-satunya primata mirip manusia yang diketahui memiliki jejak kaki seperti itu adalah Australopithecus afarensis, yang diketahui berdasarkan spesimen Lucy yang ditemukan pada 1974 dan berusia 3,2 juta tahun.