Helm lebih dari sekadar pelindung kepala, setidaknya bagi Maria Eleonora, pelajar kelas II SMP Kristen 3 Petra, Surabaya, Jawa Timur. Dengan kreativitas dan modifikasi, saat berkendara pun dapat dilakukan sembari mengisi baterai telepon seluler atau HP. Lho?
Mulanya ide mengubah angin menjadi energi listrik. Kreativitas dan pengetahuan elektronika memungkinkan itu.
Lahirlah alat bernama helm charger, salah satu pemenang ajang National Youth Inventor Award-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (NYIA-LIPI) 2020. ”Masih perlu pengembangan,” kata Maria dengan seragam biru-putihnya.
Secara teknis, energi angin ditangkap lewat baling-baling kecil terhubung motor DC yang ditanam di seperangkat kecil rangkaian elektronik di atap helm.
Modifikasi itu menggerakkan motor listrik DC dan menimbulkan gaya gerak listrik yang akan diisikan ke baterai telepon genggam. Hasil uji coba menunjukkan, sepeda motor berkecepatan 60 kilometer per jam menghasilkan daya listrik 100 mili Ampere (mA).
Pada kecepatan itu butuh 7 jam berkendara untuk mengisi penuh baterai telepon seluler. Pasalnya, baterai perlu 700 mA untuk penuh. Mencari cara menuju proses pengisian yang lebih cepat, itulah fokus pengembangannya.
Pembuatan helm charger tahap II itu menghabiskan dana Rp 60.000 di luar ongkos beli helm. Kreasi itu merupakan pengembangan program helm charger I, yang dibuat bersama kakak kelasnya ketika itu, Tommas Yoehono.
”Bedanya, yang sekarang ada protektornya,” kata Maria. Protektor mencegah kelebihan tegangan pada telepon seluler yang dapat merusak baterai.
Atas kreativitasnya itu, bersama lima pemenang lainnya, ia berhak mewakili Indonesia di ajang 5th International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Taiwan, September 2020.
Karya lain terkait helm adalah karya tiga pelajar SMA Unggulan BPPT Al Fattah, Lamongan, Jawa Timur (Jatim). Helm komunikator namanya.
Temuan itu memungkinkan pengendara sepeda motor yang berboncengan saling berbincang, tanpa risiko tabrakan. Cara kerja stetoskop (alat pendeteksi detak jantung yang biasa digunakan dokter) menjadi solusinya.
Sensitivitas stetoskop menghasilkan suara jernih, sekalipun di tengah kebisingan. Caranya, menyambung dua stetoskop dan menghubungkan kedua ujungnya ke dua helm.
Menurut Puguh Sasi, salah satu pengembang helm komunikator, beberapa uji coba gagal. ”Pernah pakai selang akuarium, tapi tetap bising,” kata dia. Dua stetoskop dibelinya Rp 50.000.
Persoalan keseharian
Beberapa finalis kompetisi tingkat SMP-SMA itu menjadikan persoalan keseharian sebagai ide pemicu kreasi. Olivia Marcelina Sugiharto (16), misalnya, yang mengembangkan alat katrol galon (trolon) air, mengadopsi prinsip kerja katrol.
”Papa saya pernah kecethit (gangguan saraf otot) ketika mengganti galon air di rumah,” kata dia.
Ia mencari cara membuat alat untuk memperingan beban ayahnya atau siapa pun ketika memasang air galon. Terciptalah trolon, terdiri atas rangka besi, katrol dan kawat yang terikat pada sebuah pemutar. Prinsip kerjanya, mengangkat, membalik, dan memasang air galon.
Trolon menghabiskan dana Rp 197.000 di luar ongkos tukang las. Dengan itu, seseorang yang mengangkat air galon tak perlu menahan berat puluhan kilogram dengan risiko urat pinggang tertarik.
Beberapa inovasi lain adalah alat hambat bau kakus memodifikasi leher angsa di saluran pembuangan. Alat itu menghambat bau keluar melewati kloset karena terhambat dinding ”atap bejana”.
Ada pula miniatur mercusuar, sabun cantik dari jelantah tahu, detektor tsunami sederhana, sistem keamanan berbasis gelombang ultra, modifikasi sepeda motor ambulans, es krim labu kuning, tempat sampah otomatis, closet oil control, dan lemari pengembang roti.
Inovasi lain ditampilkan oleh dua pelajar SMA Unggulan BPPT Al Fattah, Frida Fanani Rohma dan Nailul Islahiyah Alfi, yaitu mesin cuci tanpa listrik. Mesin cuci itu mirip sepeda statis layaknya di pusat kebugaran.
Bedanya, rantai yang berputar saat dikayuh memutar tabung cucian. ”Mencuci sambil olahraga,” kata Frida.
Ide muncul di tengah keterbatasan air, waktu, dan listrik di asrama mereka. Pembuatan satu alat dengan tabung kapasitas 10 potong pakaian menghabiskan dana Rp 600.000-an. Mesin cuci manual itu di luar enam besar ajang NYIA-LIPI, tetapi bermanfaat positif.
Kreatif, murah, dan bermanfaat menjadi kata sakti para juri menilai karya finalis. Ada lagi, yaitu, berpotensi diproduksi massal dan solutif. ”Tak terlalu berguna kalau ujung-ujungnya mahal,” kata Ketua Dewan Juri NYIA-LIPI Anung Kusnowo.
Budayakan inovasi
Menurut Sekretaris Utama LIPI Rochadi Abdulhadi, pencapaian finalis membanggakan di tengah sistem pendidikan yang lebih menekankan proses belajar-mengajar. Di sisi lain, justru lemah mengembangkan budaya inovasi.
Padahal, kreativitas dan inovasi itulah yang dibutuhkan, baik bagi individu maupun daya saing bangsa. Ia berharap NYIA-LIPI turut menumbuhkan semangat berkreasi dan berinovasi. Ujung-ujungnya, tumbuh bibit peneliti/penemu muda bagi regenerasi. Namun, harapan itu mensyaratkan keterlibatan banyak pihak agar ajang serupa dapat menarik perhatian luas.
Anung Kusnowo menegaskan pentingnya merealisasikan dukungan terhadap iptek—bukan hanya sebatas wacana. ”Selama terus berwacana seperti sekarang, Indonesia tak akan maju,” katanya.
Di tengah beranjak majunya beberapa negara tetangga dengan tambahan anggaran riset, Indonesia berhenti di tempat. Anggaran riset nasional hanya 0,1 persen dari APBN. Jumlah jauh dari ideal.
Dengan menggandeng sponsor, LIPI—dengan keterbatasan anggarannya—berupaya menumbuhkan semangat inovasi di kalangan pelajar. Tanpa itu, barangkali tak akan lahir dan berkembang berbagai inovasi seperti helm charger dan lain-lain….
Iya benar-benar membanggakan, tadi pagi lihat demo dari anak-anak berprestasi ini di TV One. Sayang belum dipatenkan ya katanya temuan anak-anak ini.
Gue salut Sama Maria, masih SMP aja udah bisa menunjukan kkreatifitas yang sangat berguna bagi banyak orang. Gue hanya titip pesan jangan sombong dan tingkatkan terus penemuannya ocreee….. (GBU)
hy,maria,,
w salut bgt ma luw,,
oea,,
w mo nnya,,
gmna ce cra mmbuatanya,,????????
tyuss biaya pembuatannya kra2 brapa,??
w cma pgen tau az koqqqq,,
Comments are closed.