Skip to content

Misteri Mikroba Super Di Bulan YAng Tahan Radiasi dan Tanpa Makanan Akhirnya Terungkap

Streptococcus mitis mungkin tak terlalu banyak diketahui orang. Meski umum ditemukan pada rongga mulut, leher, dan saluran pernapasan manusia, bakteri ini bukan kuman berbahaya. Namanya mulai menjadi perbincangan di kalangan ilmuwan sejak bakteri itu ditemukan dalam kamera Surveyor 3, yang dibawa pulang para astronaut Apollo 12 dari bulan pada 1969.

Penemuan mikroba dari bulan itu menjadi misteri, karena wahana robotik Surveyor 3 milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah berada di bulan selama hampir tiga tahun. Para astronaut Apollo yang mendarat dan berjalan di permukaan bulan membawa kamera wahana penyelidik itu kembali ke bumi dalam kondisi hampa udara dan steril sehingga mencegah adanya kontaminasi.

Pada 19 November 1969, dua astronaut Apollo 12, Pete Conrad dan Alan Bean, mendarat di permukaan bulan tepat di “Oceanus Procellarum”, bahasa Latin untuk Samudra Badai. Titik pendaratan mereka hanya 163 meter dari wahana Surveyor 3, sehingga dengan beberapa “lompatan” saja para astronaut itu dapat menemukan dan membawa perangkat keras yang mendarat dengan mulus di bulan beberapa tahun sebelumnya, 20 April 1967.

Kamera Surveyor 3 dapat dibawa dengan mudah dan dibawa kembali ke bumi dalam kondisi steril. Ketika para ilmuwan menganalisis bagian kamera itu dalam sebuah ruangan yang bersih dari kuman di laboratorium NASA, mereka menemukan bukti keberadaan mikroorganisme di dalam kamera tersebut. Koloni kecil dari bakteri Streptococcus mitis itu tampaknya telah “menyelinap” masuk ke peralatan tersebut.

Kesimpulan astrobiologis dari eksperimen yang tak direncanakan itu adalah 50-100 mikroba tersebut tampaknya selamat dari peluncuran, kondisi hampa udara yang mematikan di antariksa, dan hampir tiga tahun berada dalam lingkungan bulan yang terpapar radiasi. Kuman mulut itu juga bertahan hidup dari kondisi beku pada temperatur rata-rata minus 253 derajat Celsius, belum lagi kondisi tanpa pasokan nutrisi, air, atau sumber energi lain.

Misteri “penumpang gelap” itu akhirnya terungkap, lebih dari 40 tahun sejak bakteri Streptococcus mitis ditemukan dalam kamera Surveyor 3. Berkat ketekunan sebuah tim ilmuwan yang melakukan pemeriksaan terhadap dokumen sejarah, termasuk mencari dan mengkaji ulang arsip film 16 milimeter NASA dari masa Apollo, kisah itu terkuak.

Film 16 milimeter itu menyimpan bukti adanya rahasia “kecurangan” kecil tentang etika ruang steril pada saat kamera Surveyor 3 diperiksa. “Klaim bahwa mikroba itu selamat dari kerasnya lingkungan bulan selama 2,5 tahun itu lemah, bahkan berdasarkan standar pada masa itu,” kata John Rummel, Ketua Committee on Space Research Panel on Planetary Protection. “Klaim itu tak pernah melewati review oleh tim ilmuwan lain, tapi terus dipublikasikan oleh media massa, dan di Internet, sejak saat itu.”

Tim pemeriksa kamera Surveyor 3, kata Rummel, menduga mereka telah mendeteksi sejenis kuman yang bertahan hidup di bulan selama bertahun-tahun. “Padahal mereka hanya mendeteksi kontaminasi bakteri mereka sendiri,” ujar mantan petugas perlindungan planet NASA itu.

Rummel, yang kini bekerja di Institute for Coastal Science & Policy di East Carolina University di Greenville, North Carolina, meneliti misteri itu bersama Don Morrison dan Judith Allton dari Johnson Space Center, NASA. Belum lama ini mereka mempresentasikan makalah yang mengungkap misteri mikroba bulan itu dalam acara pertemuan “The Importance of Solar System Sample Return Missions to the Future of Planetary Science” di Woodlands, Texas, Maret lalu.

“Jika ‘American Idol’ menjadi juri mikrobiologi, mereka pasti langsung tersingkir pada tahap awal,” tulis tim itu tentang cara tim kamera Surveyor 3 menangani peralatan tersebut di bumi, yang seharusnya menerapkan kehati-hatian. “Apa yang terlihat dalam film tidak mendukung pernyataan bahwa kontaminasi tak mungkin terjadi,” kata Morrison.

Tim Rummel mengupas masalah pengendalian kontaminasi itu dengan terperinci. Misalnya para ilmuwan yang mempelajari kamera terlihat hanya menggunakan pakaian laboratorium berlengan pendek, sehingga tangan tidak terlindung. Bagian bawah pakaian itu juga lebih tinggi daripada meja kerja, “Sehingga menjadi tempat masuknya partikulat dari dalam pakaian,” kata Allton.

Secara keseluruhan, Rummel dan timnya menyimpulkan bahwa besar kemungkinan kontaminasi terjadi selama proses pengambilan sampel dari kamera Surveyor 3. Dia juga menekankan bahwa metode penanganan sampel dari antariksa yang berlaku saat ini jauh lebih efektif dalam mendeteksi mikroba.

“Kita harus meningkatkan kehati-hatian tentang pengendalian kontaminasi dibanding apa yang dilakukan tim kamera Surveyor 3. Jika tidak, sampel dari Mars akan terkontaminasi oleh kehidupan Bumi ketika dibawa ke laboratorium,” kata Rummel. “Dengan terjadinya kontaminasi, kita mungkin tak akan pernah bisa mendeteksi kehidupan Mars yang berhasil kita bawa pulang. Kita bisa, dan kita harus melakukan pekerjaan yang lebih baik pada sampel yang dibawa misi Mars kelak.”