Sejauh ini sudah berbagai upaya dilakukan, termasuk yang sangat populer adalah menggunakan perangkat seperti personal digital assistant (PDA) phone, di mana sebagian sudah bisa menggantikan fungsi komputer jinjing, termasuk ponsel dengan layar gulung dan proyektor mini, juga keyboard maya, tetapi tetap saja masih menambah keribetan dan belum praktis.
Setidaknya menulis (baca: mengetik) dengan nyaman dan cepat pada perangkat kecil ini masih menjadi kendala, dua ibu jari untuk menekan tombol pada QWERTY keyboard belum bisa menggantikan kecepatan penggunaan jari tengah dan telunjuk. Belum lagi dengan layar yang masih sekitar 3 atau 4 inci masih menjadi kendala pada kenyamanan mata.
Bahkan, peran PDA phone sekarang ini semakin terdesak dengan munculnya ponsel-ponsel pintar yang lebih mungil. Untuk kebutuhan darurat, smartphone sudah bisa menggantikan PDA phone, berkembangnya fenomena mobile web memberikan peluang lebih besar pada perangkat-perangkat kecil, membaca e-mail sudah bisa dilakukan melalui ponsel.
Para vendor ponsel lebih menyukai pendekatan ringkas dibandingkan dengan solusi rumit produk-produk yang dibuat vendor komputer melalui notebook dan keturunannya. Bahkan, sempat produsen komputer seperti Hewlett Packard (HP) tidak mau produk PDA buatannya disebut ponsel PDA.
Hal seperti ini yang tampaknya “menghalangi” proses konvergensi seutuhnya pada teknologi informatika dan komunikasi (TIK). Untuk menggantikan komputer kecil, vendor ponsel lebih menyukai pendekatan bergaya communicator dari Nokia. Bahkan, bentuk seperti Nokia E90 masih dirasakan besar bagi pengguna ponsel untuk bisa diselipkan di dalam saku.
Ada pendekatan lain dengan membuat notebook mini, tetapi biaya tidak bisa ditekan. Sementara notebook ukuran layar kecil (sekitar 8 inci), selain masih terkesan berat, juga harganya mengalahkan notebook yang lumrah.
Upaya lain seperti yang dilakukan Microsoft melalui proyek Origami, yang tiga tahun lalu diperkenalkan secara besar-besaran di Barcelona, Spanyol, dalam hajat 3GSM Congress. Proyek ini melahirkan sebuah notebook supermini, serupa dengan layar kurang dari 8 inci yang dikenal dengan nama Ultra Mobile PC (UMPC).
Langkah vendor komputer dalam upayanya membuat perangkat notebook yang ideal untuk kondisi mobile masih berlanjut. Salah satunya yang diprakarsai pembuat prosesor terkenal, Intel, dengan nama netbook, sebuah solusi yang menyerupai UMPC dengan penawaran harga yang menggiurkan.
“Netbook”
Netbook memang mengandalkan net atau jaringan, sebuah laptop kecil yang dirancang untuk berkolaborasi dengan jaringan internet. Banyak perangkat keras yang dikurangi atau diganti dengan komponen yang ringan karena memang tidak untuk dipergunakan bekerja berat.
Hasilnya adalah sebuah netbook yang ringan dan harga yang jauh lebih ringan dari notebook biasa. Kebutuhannya memang lebih untuk berhubungan dengan dunia maya, termasuk chatting, selain kebutuhan dasar untuk mengolah kata, presentasi, dan foto.
Dengan demikian, harapan untuk meningkatkan mobilitas pada notebook setidaknya sudah menemukan jalan. Karakternya menyerupai sebuah ponsel PDA, tetapi bisa mengetik dengan lebih nyaman dan mata tidak terlalu berat karena berhadapan dengan layar yang terlalu sempit.
Hanya memang produk yang dirancang untuk kebutuhan bergerak ini masih terlalu besar untuk diselipkan dalam saku. Namun, dengan ukuran (dan tebal) sebesar buku diary, netbook sangat memadai untuk dibawa ke rapat-rapat eksekutif.
Yang mengejutkan ketika produk netbook Aspire One dari Acer diluncurkan di Jakarta pekan lalu, harganya tidak lebih mahal dari ponsel pintar buatan vendor ponsel besar. Harga gres Rp 4 juta masih separuh harga communicator, tetapi sudah memiliki fungsi mobilitas komputasi sama dengan notebook yang dikenal selama ini.
Ini merupakan kejutan yang membuat optimis karena selama ini notebook kecil harganya selalu lebih mahal dari notebook standar. Sebut saja seperti flybook, ketika baru keluar notebook kecil tapi berat ini nilainya sudah mendekati kisaran 2.000 dollar AS dan image harga notebook kecil ini akan rusak oleh hadirnya netbook.
“Kami berharap agar produk yang kami kembangkan dapat memberikan banyak manfaat di dunia nyata,” kata Jason Lim, Presdir Acer Indonesia, dalam acara peluncuran Aspire One pada Kamis pekan lalu di Jakarta. Acer Aspire One ini merupakan jawaban dari keinginan para konsumen memiliki mobilitas tinggi.
Diperkirakan, netbook akan menjadi fenomenal, diperhitungkan sampai 2023 akan tersedia lebih dari 50 juta di seluruh dunia. Selain Aspire One, perangkat netbook yang hadir sejak Juni lalu, antara lain, adalah OLPC XO-1, One A110, HP 2133 Mini-Note PC, Asus Eee PC, CloudBook, Classmate PC, MSI Wind PC, dan VIA OpenBook.
“Netbook merupakan jenis yang baru, berbeda dengan UMPC. Jika netbook ukuran layarnya bisa sampai 10 inci, pada UMPC lebih kecil dari 8 inci,” kata Husen Halim, Senior Manager Product Marketing Departement Acer Indonesia.
Aspire One sendiri memiliki layar LCD 8,9 inci dengan resolusi 1.024 x 600 pixel, sudah sesuai untuk kebutuhan akses internet. Kebanyakan situs internet menggunakan lebar 1.024 piksel sehingga pengguna tidak perlu menggeser layar ke kanan setiap kali, kecuali scroll-up maupun down, karena tidak ada batasan untuk ukuran panjang pada tampilan situs internet.
Aspire One dikembangkan dari hasil penelitian Acer, bahwa aplikasi yang paling sering digunakan setiap orang adalah penggunaan e-mail, chatting, dan browsing. Dalam keadaan bergerak, orang tidak akan melakukan tugas-tugas yang berat, seperti membuat gambar teknis yang dulu hanya bisa dilakukan di atas meja gambar khusus.
Fitur yang menarik adalah One Mail yang dapat mengendalikan enam account e-mail berbeda dalam satu window, selain juga fitur Messenger bisa menangani secara serentak langganan IM yang populer. Yang menarik, netbook ini dilengkapi dengan kamera, siap untuk melakukan video chatting, sekarang tinggal bergantung pada kemampuan jaringan.
Aspire One
Penggunaan sistem operasi Linpus Linux memberikan keuntungan seperti lebih cepat dibuka dibandingkan Windows, solusi office bisa didapatkan dari OpenOffice yang setara dengan Microsoft Office. Berkas-berkas tulisan melalui fitur Writer (pada Microsoft namanya Word) yang bisa disimpan dalam ekstensi berkas doc (sama dengan ekstensi Word 95/97/2000/XP maupun Word 6.0), rtf, txt, html, xml.
Selain fungsi office lain seperti Spreadsheets (untuk Excel), Presentations (untuk PowerPoint), termasuk fungsi Photo Master untuk membuka hasil potret dari kamera digital, Media Master untuk menampilkan video dan musik digital. Untuk presentasi, disediakan port VGA untuk dihubungkan ke proyektor LCD atau sejenisnya.
Pada netbook ini memang tidak tersedia drive untuk CD/DVD ROM supaya tidak memakan tempat. Untuk memori tambahan mengandalkan kartu memori, baik berupa flash disc (ada tiga slot USB), selain slot memori yang bisa menerima format SD, MMC, Memori Stick (MS dan MS Pro), dan xD.
“Pada produk ini bahkan sudah bisa menerima kartu memori SDHC, yang di pasar sudah ada dengan kapasitas sampai 16 GB. Ketika kartu dicolokkan ke dalam slotnya, secara otomatis akan menambah kapasitas memori yang tersedia,”kata Munir Werlin, Manager Channel Development Dept Acer Indonesia, ketika berkunjung ke Kantor Redaksi Kompas.
Pada netbook ini tidak menggunakan hard-disk mekanis berkapasitas besar yang berat dan memakan tempat, tetapi lebih dipilih jenis SSD berkapasitas 8 GB dengan kapasitas RAM 1 GB. Jadi, memang tak bisa diperlakukan seperti menggunakan desktop, tetapi aplikasi bergerak sudah sangat terpenuhi.
Sudah menggunakan prosesor Intel Atom berkecepatan 1,6 GHz, Aspire One merupakan netbook pertama dengan prosesor atom. Prosesor atom dirancang untuk hemat energi, semula datang dengan lima varian dari 800 MHz sampai 1,86 GHz yang membutuhkan daya dari 160 miliwatt (mW) sampai 220 mW.
Bandingkan, untuk sebuah PDA Atom V dari MWg (penerus O2) paling cepat masih menggunakan Intel XScale PXA 270 520 MHz.
Pendukung mobilitas masih menggunakan koneksi LAN dan WiFi untuk standar 802.11b/g, sangat menarik untuk digunakan di luar negeri yang banyak memiliki koneksi WiFi yang gratis. Pihak Acer juga sudah merencanakan koneksi melalui jaringan 3G dan terutama yang menarik adalah koneksi broadband.
Dengan harga yang meriah ini, seharusnya bisa ditangkap para operator yang sudah mengembangkan jaringan High-Speed Downlink Packet Access (HSDPA) seperti Indosat, XL, maupun Telkomsel. Bukan hanya menangkap peluang akses broadband mereka, tetapi juga penyediaan modem untuk HSDPA yang harganya masih lebih dari seperempat harga netbook-nya.
Termasuk layanan kartu kredit juga bisa menjadi alternatif pilihan barang dagangannya. Sekarang terserah mau pilih smartphone, PDA phone, atau netbook, bergantung pada kebutuhan Anda.
Setelah notebook diperkecil jadi PDA dan tabletPC, sekarang muncul gadget yang berada ditengahnya yaitu netbook. besok apalagi ya?
Comments are closed.