Skip to content

Nyamuk Demam Berdarah dan chikungunya Memiliki Kemampuan Beradaptasi Yang Hebat dan Telah Kawin Silang

Sudah sejak lama Saartje Rondonuwu-Lumanauw melakukan pengamatan. Ia bahkan sudah membuktikan lewat penelitian. Nyamuk Aedes albopictus ternyata sudah tidak lagi senang “menyendiri” di pinggir-pinggir hutan.

Pada 1993, Saartje menemukan kerabat dekat Aedes aegypti itu ada di pekarangan-pekarangan rumah. “Pada 2003-2005, penelitian kami ulangi lagi, mereka sudah ada di dalam rumah,” kata profesor dari Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, itu.

Aedes albopictus selama ini dikenal senang tinggal di habitat bersemak atau kebun. Itu sebabnya, meski sama-sama bisa menyebar virus dengue dan chikungunya, albopictus kurang populer ketimbang kerabatnya tersebut.

Tapi kini Aedes albopictus sudah menyusul datang ke kota dan bahkan reriungan di kamar-kamar tidur dalam rumah. Kenyataan ini membuat sang profesor bertanya-tanya. “Mereka ada di satu breeding place, ada kemungkinan sudah terjadi persilangan antarmereka. Inikah yang membuat kejadian luar biasa demam berdarah dengue lebih cepat dari lima tahun sekali di Manado,” tutur Saartje dalam sidang pleno hari kedua Seminar Nasional Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong, Rabu lalu.

Yang ditanya saat itu adalah Upik Kesumawati Hadi, ahli nyamuk serta serangga vektor (penular) penyakit lainnya dari Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Alih-alih bisa memastikannya, Upik malah menambah fakta perkembangan lain yang sudah dibuat nyamuk-nyamuk tersebut.

Upik mengungkapkan dua temuan yang juga didapat timnya di Bogor. Yang pertama bahkan sudah diutarakan pada 2005, yakni tentang gigitan nyamuk Aedes aegypti. Vektor utama demam berdarah dengue ini ternyata masih ada yang berlayapan dan mengisap darah sampai pukul 9 malam. Jam terbang nyamuk itu ternyata tidak lagi sebatas pagi dan sore, seperti yang selama ini dikenal. “Ini hasil penelitian sarjana kami dengan teknik landing collection (memberikan bagian tubuhnya sebagai penjebak nyamuk),” kata Upik.

Temuan kedua, setahun kemudian, menyatakan nyamuk-nyamuk Aedes aegypti ternyata juga mampu hidup dan berbiak di air tercemar sama baiknya dengan di air jernih. Kali ini berupa eksperimen yang dilakukannya sendiri di laboratorium.

Air tercemar yang dibuatnya berupa campuran feses ayam, kaporit, dan air sabun dengan komposisi yang dibuat semirip mungkin dengan yang sering ada di lingkungan. Hasilnya, walah, larva alias jentik Aedes aegypti bisa hidup di sana.

Dalam siklus hidupnya, jentik akan tumbuh dewasa, kawin, dan yang betina mulai mengisap darah untuk proses pematangan telur. Dari proses itulah berbagai virus jahat dalam tubuh, seperti dengue, akan dibantu penularannya karena satu nyamuk bisa mengisap darah banyak orang. “Pada isapan ketiga biasanya sudah terjadi penularan,” kata Upik.

Upik menekankan kembali pentingnya upaya lintas sektoral untuk meredam penyebaran virus-virus oleh nyamuk. Dinas kesehatan, menurut dia, harus lebih luas menggalang kerja sama, seperti dengan dinas pekerjaan umum yang banyak menyediakan breeding places nyamuk pada proyek-proyeknya yang mandek.

Apalagi, Upik menambahkan, jangkauan terbang kepakan sayap nyamuk bisa lebih jauh daripada yang diduga selama ini yang 50-100 meter. “Berdasarkan literatur yang saya baca, jangkauan penularan virus nyamuk Aedes bisa 320 meter,” katanya.

Bagaimana dengan inisiatif warga? Boleh dibilang Upik sudah putus asa. Ini berdasarkan pengalamannya sendiri “bermain-main” dengan abate, kelambu, atau yang lainnya (baca tulisan kedua, “Abate dan Kawan-kawannya”). “Sebenarnya ada cara yang jauh lebih mudah: cukup bersihkan bak-bak dan penampungan air lainnya seminggu sekali dengan cara disikat,” katanya.

Tapi masalahnya, Upik menambahkan, tidak semua orang mau melakukan.

1 thought on “Nyamuk Demam Berdarah dan chikungunya Memiliki Kemampuan Beradaptasi Yang Hebat dan Telah Kawin Silang”

Comments are closed.