“Kami sudah melakukan penelitian, Aedes aegypti bisa hidup di air kotor, tidak hanya air bersih seperti yang selama ini kita percayai,” ujar Dr. Upik Kesumawati Hadi, Kepala Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor, saat seminar serangga di Cibinong Science Center, Bogor, Rabu (18/3). Temuan ini perlu ditindaklanjuti agar masyarakat lebih waspada.
Pada penelitian tahun 2006, timnya meniru genangan air kotor di laboratorium menggunakan campuran kotoran ayam, kapirit, dan air sabun sehingga tingkat konsentratnya menyerupai polutan air di alam. Telur jentik-jentik nyamuk yang diletakkan ke dalma genangan tersebut ternyata dapat menetas menjadi larva nyamuk hingga dewasa. Meski sudah terbukti di laboratorium, ia belum pernah menemukan kasus tersebut di alam.
Aedes aegypti selama ini dikenal sebagai makhluk diurnal atau aktif di siang hari, namun dalam penelitian nyamuk tersebut masih ditemukan menggigit manusia hingga pukul 21.00. Puncak keaktifan nyamuk penyebar virus DBD itu terjadi antara pukul 08.00-09.00 pagi dan 16.00-17.00.
Nyamuk tersebut juga memiliki daya jelajah yang lebih jauh. “Jarak terbang di literatur antara 50-100 meter, namun penelitian di Singapura menunjukkan hingga 320 meter,” ujarnya. Ia tidak menampik bahwa perubahan ini kemungkinan disebabkan terjadinya proses mutasi dan perubahan fisiologi karena terjadinya pemanasan global.
Upik mengatakan, pemerintah dan masyarakat perlu mengetahui bioekologi nyamuk tersebut agar pencegahan wabah bisa efektif. Fogging atau pengasapan bukan solusi penyelesaian karena pemberian insektisida tersebut hanya berfungsi membunuh nyamuk dewasa. Siklus hidup nyamuk harus diputus sedini mungkin.
“Nyamuk bertelur di permukaan air. Kalau seminggu bak mandi tidak dipakai misalnya, ada plak hitam di dindingnya yang kalau dilihat dengan kaca pembesar sebenarnya deretan telur,” jelas Upik. Setelah 2-3 hari berikutnya, telur menetas menjadi larva. Telur yang tidak menetas karena kering bisa tetap bertahan hingga berbulan-bulan dan akan menetas begitu terkena air, menjadi jentik, hingga ddewasa.
Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan membawa virus, yang mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Jika nyamuk menggigit orang sehat, virus pun menular.
“Namun, setiap parasit punya perilaku yang tidak sama, kita harus tahu titik lemahnya,” tandas Upik. Perilaku nyamuk di satu daerah mungkin juga berbeda dengan daerah lainnya. sayangnya, selama ini penelitian yang bersifat lokal masih sangat terbatas
Mungkin kita bisa menemukan kelemahan genetis dari nyamuk vektor penyakit untuk mengendalikan populasi mereka. Bila di dalam tubuh manusia bisa ditemukan gen mandul,hemofilia,kerdil dan sebagainya, apakah tidak mungkin dalam tubuh binatangpun ada gen pembawa sifat yang merugikan yang dapat digunakan untuk menekan perkembangbiakannya.
Salam Sains!!
tau ngga dimana leta virus DBD dalam tubuh nyamuk.
di stilet atau di dalam tubuhnya
Ass… Salam Kenal Ya Buat Yang Punya Blog Ini…
Saya Senang Sekali Baca Baca Disini…
Btw Bleh Kah Saya Kenalan Sama Yg Punya blog Ini…
mksh ea atz informasi nya … saya bisa lebih memahaminya tentang penyakit demam berdarah
Comments are closed.