SATU riset terbaru di Inggris menunjukkan beberapa bagian tertentu otak aktif saat berhadapan dengan dilema moral. Dalam laporan yang dipublikasikan di American Medical Association, para periset berhasil mengidentifikasi beberapa bagian dari otak yang membantu manusia ketika mereka dihadapkan dengan dilema-dilema moral yang sangat sulit.
Dengan menggunakan teknik scanning otak yang canggih, periset menemukan respon manusia pada dilema moral dengan mengaktifkan sejumlah areal otak yang berkaitan dengan pemikiran abstrak dan emosi dasar seperti seks, kekhawatiran dan kemarahan.
“Riset kami menunjukkan kemungkinan andanya basis di dalam neurobiologi untuk sifat-sifat yang cenderung lebih umum,” jelas dr. Dilip Jeste, seorang guru besar saraf dan kejiwaan di University of San Diego.
Dr. Jeste dan kolega Thomas Meeks menyebutkan, saat manusia dihadapkan dengan satu kondisi yang simpel bertalian dengan altruisme atau sifat mengutamakan kepentingan orang lain, mereka akan berhubungan dengan apa yang disebut medial prefrontal cortex, satu areal yang bertalian dengan kemampuan otak dan belajar.
Tapi saat dipaksa untuk membuat keputusan moral yang sulit, areal lain dalam otak diaktifkan yang mencakup wilayah yang berhubungan dengan pemikiran rasio dan emosi dasar. “Beberapa wilayah otak terlihat berkaitan dengan komponen-komponen pengetahuan atau kebijakan yang berbeda. Ini berkaitan dengan satu keseimbangan antara wilayah-wilayah otak lebih primitif seperti apa yang disebut sistem limbik dan yang termodern,” tambah dr. Meeks.
Teknik scannaing otak yang semakin canggih seperti gambaran gaung magnetik atau fMRI yang bisa membuata periset melihat bagian otak yang menjadi aktif ketika manusia menghadapi beban-beban mental. Riset terbaru lainnya mencoba memahami aspek-aspek seperti empati, stabilitas emosi dan rasa iba yang dianggap periset menjadi bagian konsep pengetahuan atau kebijakan yang tidak berwujud.
good info
purwati
Tidak berlaku bagi sebagian terbesar pemimpin Indonesia masa kini. Karena, tidak mengenal beban moral, dan bahkan juga tak mengenal moral itu sendiri, maka tidak merasa menghadapi dilema dan otak pun tidak terpacu untuk aktif. Otak hanya bisa terpicu saat di’kejar’ KPK dan menjadi sangat kreatif menciptakan berbagai taktik. Maaf, kalau ada yang merasa komentar ini kurang ilmiah.
Comments are closed.