Skip to content

Peluang Investasi Bisnis Storage Ditengah Krisis Ekonomi Dunia

Melemahnya ekonomi global hingga 2021 ini tidak mengurangi tingkat pertumbuhan dan kebutuhan storage. Para profesional TI harus memilih solusi storage yang paling bisa memenuhi kebutuhan mereka sambil memaksimalkan tingkat pengembalian modal dan aset atau disebut juga return-on investment (ROI) dan return-on-asset (ROA).

Dalam kondisi perekonomian saat ini, sangat penting bagi profesional TI untuk tetap berpedoman pada hal-hal yang mendasar dan fokus pada ROA serta berupaya mencapai titik impas secepat mungkin. Hu Yoshida, Chief Technology Officer Hitachi Data Systems membagi pandangannya tentang prioritas investasi storage 2021:

Menuetnya prioritas pertama adalah pemilihan layanan storage tervirtualisasi. Satu jalan yang bisa ditempuh para profesional TI pada 2021 ini adalah virtualisasi pada storage eksternal.

“Dengan menerapkan storage tervirtualisasi, lalu menggabungkannya dengan lapisan storage yang lebih rendah biayanya dan thin provisioning, profesional TI bisa menampung lebih banyak data sekaligus memaksimalkan investasi yang sudah ada saat ini,” jelas Hu dalam siaran persnya.

Menurutnya, cukup banyak instalasi storage yang kapasitasnya minim, bahkan rata-rata utilisasinya hanya 20-30 persen dari kapasitas tersedia. Dengan mem-virtual-kan aset yang sudah ada, utilisasi storage pun bisa ditingkatkan.

Prioritas kedua adalah pengaturan sistem arsip untuk pertumbuhan data tak terstruktur. Data terus tumbuh dengan kecepatan tinggi, di antaranya ada data tak terstruktur yang sulit dikelola. Data tak terstruktur ini terus menjadi tantangan selama 2021 ini. Profesional TI akan mulai melihat sistem pengarsipan sebagai jalan keluar.

Ketika aksesibilitas semakin penting, informasi harus dibuat berlapis dengan cara baru, dari berdasarkan kebijakan ke berdasarkan tujuan sehingga sistem pengarsipan bisa membawa manfaat penghematan biaya. Solusi pengarsipan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya organisasi mengelola informasinya. Banyak organisasi akan memindahkan lapisan storage kedua menjadi lapisan arsip. Para pelanggan akan menginginkan solusi yang menyederhanakan pengelolaan, memangkas total biaya kepemilikan dan mengurangi risiko.

Ketiga, deduplikasi data. Di tengah kondisi pasar saat ini, perusahaan dituntut bisa menghasilkan lebih banyak sehingga membutuhkan apa saja yang bisa mengurangi biaya sambil mendongkrak produktivitas.

“Backup pada disk dan de-duplikasi data adalah dua hal penting yang bisa menghemat biaya operasional (Opex) dengan cara mengkompres data dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk backup,” urai Hu.

Langkah keempat adalah mitigasi risiko. Hal ini selalu menjadi fokus ketika membicarakan data center dan storage. Namun semakin banyak perusahaan mengabaikan hal ini demi penghematan sehingga mereka membutuhkan solusi yang bisa membantu memangkas biaya daya dan pendinginan namun sekaligus juga bisa meningkatkan ROI dan ROA. Perusahaan akan mencari solusi dan layanan storage yang membantu mereka menjaga data yang ada-baik melalui mengarsipkan dan mencari data.

Masalah terpenting lainnya yang perlu diperhatikan adalah daya dan pendinginan. Biaya energi yang mulai turun juga membuat daya dan pendinginan juga mulai dilupakan orang. Namun sangat penting bagi profesional TI untuk tetap mengingatnya karena situasi dan kondisi bisa berubah dengan cepat, apalagi di saat seperti ini.

“Data center yang hijau dan bersih adalah satu keharusan. Mungkin saja tuntutan untuk hal itu mulai berkurang tahun ini, namun penting untuk tetap waspada dan mengambil langkah antisipatif ketimbang reaktif. Apalagi dengan munculnya berbagai regulasi baru terkait lingkungan di seluruh dunia, meningkatkan efisiensi data center akhirnya menjadi keharusan yang sekaligus juga membawa manfaat penghematan,” pungkas Hu.