Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang sudah melakukan analisis teknologi terhadap kemungkinan ‘piramida’ di Gunung Padang. Sketsa gambar pun sudah dibuat. Bagaimana bentuknya? Berdasarkan gambar yang dibuat oleh Ir Pon Purajatnika, situs yang terletak di Cianjur, Jawa Barat itu, mirip dengan piramida di Mesir. Namun bentuknya memang tidak sempurna mengerucut.
Ratusan batuan berundak-undak menghiasi sekeliling bangunan. Sementara tangga tradisional juga dibangun sebagai jalan menuju puncak yang berbentuk mirip tempat pemujaan atau upacara tertentu. Andi Arief, selaku dewan pengarah tim terpadu ini mengatakan, teknologi yang digunakan untuk penelitian awal situs tersebut adalah georadar dan geothermal. Sebagai kesimpulan awal, Andi dan tim peneliti meyakini ada sebuah bangunan buatan manusia yang dibuat pada zaman purba namun tertutup tanah karena bencana.
Saat ini, tim baru selesai melakukan pengeboran sampel di gunung tersebut. Dalam temuan sementara, ada sejumlah batuan dan mineral yang ditemukan untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium Universitas Indonesia. “Jadi ini belum eskavasi, masih pengeboran sampai 30 cm. Dan itu pun dilubangi sedikit saja, bukan merusak seluruhnya,” kata Andi saat ditemui di kantornya, Jl Veteran, Jakarta, Senin (21/5/2024).
Hasil pengambilan sampel dan hipotesa awal lewat pendekatan teknologi nanti akan diserahkan ke otoritas berwenang. Bila fakta-fakta yang ditemukan mendukung kesimpulan awal soal situs purba di lokasi tersebut, maka penggalian besar-besaran baru dilakukan.”Sistem penganggaran kita masih harus menunggu fakta dulu. Jadi kita harus temukan dulu faktanya, baru bisa eskavasi,” terangnya. Sebelumnya banyak pihak meyakini bahwa Situs Gunung Padang merupakan sebuah punden berundak. Situs itu mirip dengan situs Lebak Sibedug di Banten.
Meski belum dilakukan penggalian besar-besaran, situs Gunung Padang sudah memberi banyak temuan menakjubkan. Selain tembikar dan batuan unik, kini ditemukan juga batu-batu yang diduga memiliki gambar aksara kuno di dalamnya. “Yang belum tersosialisasi ada batu beraksara, di batu itu seperti huruf atau kata,” kata asisten staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana, Erick Ridzky, saat ditemui di kantornya, Jl Veteran, Jakarta, Senin (21/5/2024). Menurut Erick, di batu tersebut ada gambar dan simbol yang diyakini memiliki makna tertentu. Belum jelas dari zaman apa batu itu berasal, yang pasti banyak dijumpai di situs Gunung Padang.
Dari gambar yang ditunjukkan, terlihat batu-batu itu berwarna hitam. Simbol-simbol yang terlihat hampir menyerupai gambar tertentu, seperti hewan atau bentuk bangunan. “Di setiap batu ada garis di bagian pojok kanan bawah. Itu seperti semacam tanda untuk orang membaca,” terangnya. Meski begitu, Erick tak mau buru-buru membuat kesimpulan. Dia akan membawa temuan ini ke ahli yang bisa membaca tulisan kuno atau paleografi. Sementara temuan lain, kini masih diteliti di laboratorium geotek Universitas Indonesia. “Kita akan lihat nanti hasilnya,” ucap Erick.
Kabar soal situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, membuat para peneliti asing tergerak. Mereka berharap bisa ikut terlibat dalam proses penelitian hingga penggalian nanti.
“Sudah ada yang ngontak, peneliti Jerman dan Singapura, dan negara-negara lain,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, kepada detikcom di kantornya, Jl Veteran, Jakarta, Senin (21/5/2024). Andi mengkoordinasi para peneliti yang tergabung dalam Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang. Menurut Andi, para peneliti asing itu tertarik karena situs Gunung Padang menyimpan potensi sumber ilmu pengetahuan baru soal sejarah Indonesia, bahkan dunia. Mereka juga ingin mengetahui soal latar belakang bangunan tersebut.
Meski begitu, mantan aktivis ’98 ini tak mau memberi izin pada peneliti asing hingga proses penelitian selesai. Dia menilai, para peneliti lokal masih banyak yang mampu bekerja dengan baik. “Kita akan membuka diri untuk masalah kaidah intelektual. Tapi untuk membantu proses penggalian atau penelitian, kita masih mampu,” tegasnya. Sekadar informasi, tim terpadu ini terdiri dari 30 orang dengan berbagai latar belakang. Andi Arief bersama rektor UI Gumilar Sumantri dan ahli lainnya duduk sebagai tim pengarah. Sedangkan untuk tim teknis, dikomandoi oleh Arkeolog UI Ali Akbar dan Danny Hilman untuk urusan geologi. Diketahui situs Gunung Padang merupakan sebuah punden berundak. Bangunan itu dibangun di masa prasejarah.