Jenis kupu-kupu di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, terus berkurang. Hal ini disebabkan habitat hidup mereka terganggu aktivitas manusia dan tanaman tempat mereka bertelur mulai hilang akibat pembangunan tempat rekreasi.
Dari penelitian Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (BTNBB) tahun 2020-April 2022, spesies kupu-kupu tinggal 89 dari total 107 spesies hasil penelitian tahun 1990-an. Adapun 18 jenis lainnya akan dicoba ditemukan dalam sisa waktu delapan bulan ini.
Koordinator kelompok kerja Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Balai TNBB Putri Cendrawasih, Rabu (12/5), memperkirakan, penurunan itu dipicu tiga hal. Pertama, pembangunan sejumlah bangunan tempat wisata alam yang mengurangi tempat bertelur kupu-kupu. ”Kupu-kupu hanya mau bertelur di tempat yang menjamin ketersediaan pangan untuk larva,” ujarnya. Akibatnya, kupu-kupu bermigrasi mencari tempat lain yang mampu menyediakan makanan bagi larva.
Kedua, aktivitas wisatawan di tempat wisata alam Bantimurung di sekitar sungai di dalam tempat wisata itu mengusik aktivitas kupu-kupu yang menyenangi tempat basah dan lembab. Ketiga, penangkapan liar yang marak sekitar dua tahun ini turut memengaruhi penurunan tersebut.
Dalam buku Indonesian Archipelago (2021), naturalis asal Inggris, Alfred Russel Wallace, menjuluki Bantimurung sebagai kerajaan kupu-kupu. Menurut Wallace, yang meneliti pada abad ke XIX, kelompok kupu-kupu yang terbang melintas bisa berjumlah ribuan dan digambarkan membentuk awan. Namun, menurut Iqbal, staf kelompok kerja Keanekaragaman Hayati TBNBB, tidak pernah ada lagi fenomena kupu-kupu bergerombol membentuk awan seperti digambarkan Wallace. (