Skip to content

Research Development Square Jepang Yang Ramah Lingkungan

Apabila Anda bekerja di bidang bisnis konvensional, misalnya bisnis cetak, bagaimana bisa bertahan dari terpaan dunia digital? Bagi orang Jepang, untuk menjawab kondisi itu haruslah melewati proses penelitian dan pengembangan.

Namun, jika Anda di Indonesia dan berada di lini litbang, Anda pasti paham betul bagaimana perusahaan berhemat untuk urusan research and development (R&D). Orang Jepang justru membalikkan logika ini.

Fuji Xerox, pemain pembuat mesin fotokopi, salah satu contoh yang bisa bertahan dan berkembang dari terpaan dunia digital. Mereka tak hanya punya satu gedung R&D, yang pusatnya ada di Fuji Xerox R&D Square, Yokohama, Jepang. Namun, mereka juga punya banyak pusat riset, di antaranya Ebina Center, Nakai Research Center, FX Palo Alto Laboratory.

R&D Square adalah yang terbaru dan paling megah, dibangun di area seluas 14.600 meter persegi, terdiri atas 20 lantai dengan total luas 135.250 meter persegi, dan jumlah pekerja 4.500 orang. Sayangnya, seluruh ruangan mulai dari lobi hingga lantai teratas dilarang keras untuk diambil gambarnya.

Di Fuji Xerox R&D Square, mereka tak sekadar riset untuk bisnis terkait dokumen. Salah satu penelitian sampingan yang bersifat kolaboratif dan sedang berjalan adalah pengembangan perangkat lunak untuk memudahkan mengelola green office atau kantor berperspektif ramah lingkungan.

Green office yang mereka kembangkan tak hanya dari sisi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), tetapi termasuk brainware alias perilaku para pegawainya. Jadi, green office juga termasuk cara pandang ramah lingkungan untuk aktivitas keseharian di kantor.

Label green kini memang sedang seksi. Green office paling mudah bisa dimulai dengan meminimalkan penggunaan energi guna mengerem laju emisi gas CO.

”Kami mengembangkan perangkat lunak bernama EneEyes untuk memonitor penggunaan energi di R&D Square,” kata Yasuaki Onoishi, Corporate Vice President Fuji Xerox.

EneEyes merupakan perangkat lunak yang memvisualisasikan penggunaan semua elemen sumber daya di kantor. Visualisasi secara waktu nyata membantu untuk mengevaluasi penggunaan sumber daya setiap saat.

Program ini memantau penggunaan energi per lantai, bahkan per divisi, sehingga jika ada penyimpangan bisa segera diantisipasi. Penggunaan listrik, gas, manajemen buka-tutup jendela berdasarkan sensor cahaya matahari, dan manajemen lampu ruangan berdasar sensor gerak, semua bisa dipantau.

Program ini juga bisa menghitung penggunaan dan total biaya yang telah dikeluarkan, sampai menghitung berapa jejak karbon atau carbon footprint yang bisa dihemat.

”Dengan mendesain ulang cara bekerja, kami mampu mengurangi emisi gas buang CO, juga meningkatkan efisiensi kerja,” kata Onoishi.

Dari sisi personal, program green office juga akan mengukur jejak karbon setiap pegawai. Misalnya, bagaimana transportasi pegawai ke kantor, apakah menggunakan kendaraan pribadi, sepeda kayuh, atau kendaraan umum.

Juga, bagaimana pegawai mengelola pertemuan dengan kolega dan rekan-rekan kerjanya, apakah lebih memilih menggunakan angkutan umum ataukah mobil pribadi.

”Misalnya, memilih menggunakan transportasi umum daripada mobil pribadi, lebih suka teleconference daripada harus bepergian ke luar kota untuk bertemu dengan kolega bisnis,” kata Yukako Abe, Solutions Development Fuji Xerox.

Fuji Xerox, menurut Abe, memiliki target mengurangi emisi gas buang karbon dari aktivitas kantor mereka sebesar 7 juta ton per tahun pada 2022.

”Fuji Xerox R&D Square memang berkomitmen membangun Urban R&D ramah lingkungan,” kata Tadahito Yamamoto, President Fuji Xerox