Skip to content

Sebagian Sungai Danube Yang Biru Mendadak Berubah Menjadi Darah

Keindahan Sungai Danube, yang dipuja komponis Johan Strauss II (1825-1899) dalam komposisi indah ”The Blue Danube” (1867), hampir saja terkoyak.

Alih-alih berwarna biru indah seperti digambarkan dalam lagu itu, sebagian Sungai Danube sempat bagaikan sungai darah. Berwarna merah pekat, mengabarkan kematian dan malapetaka setelah limbah beracun dari pabrik aluminium tumpah ke salah satu anak Sungai Danube di Hongaria, Senin lalu.

Aliran limbah beracun itu telah mencapai Danube, Kamis siang, dan hingga Jumat (8/10) terus mengalir ke selatan, menuju wilayah Serbia dan Romania.

Danube mengalir sepanjang 2.850 kilometer (terpanjang kedua setelah Sungai Volga di Rusia, 3.692 km) melintasi 10 negara di Eropa tengah dan timur, mulai dari mata airnya di Jerman, lalu ke Austria, Slowakia, Hongaria, Kroatia, Serbia, Bulgaria, Moldova, Ukraina, dan Rumania, sebelum bermuara di Laut Hitam.

Sedikitnya lima warga dilaporkan tewas, tiga lainnya hilang, dan 150 orang harus dirawat karena luka bakar terkena banjir bandang lumpur limbah ini. Selain daya rusak dari aliran banjir bandang, ancaman kematian juga dibawa kandungan zat beracun dalam bah berwarna merah itu.

Etel Stampf (76), seorang warga desa Kolontar di dekat lokasi pecahnya bak penampung limbah, berusaha menyelamatkan diri ke atap rumah saat banjir datang, tetapi kakinya masih terkena limpasan lumpur korosif dan langsung terbakar.

Aliran Sungai Marcal, salah satu anak Sungai Danube yang paling dekat dengan lokasi penampungan limbah, dinyatakan sebagai zona kematian. Seluruh kehidupan, ikan ataupun tanaman air, di dalam sungai itu musnah.

Hingga Kamis, para anggota tim penyelamat, dibantu tentara dan para sukarelawan, yang semua mengenakan pakaian pelindung khusus, masih terus membersihkan tumpukan limbah. Mereka mengumpulkan bangkai kijang dan berbagai jenis binatang liar lainnya yang mati terkena banjir lumpur beracun.

Akademi Ilmu Pengetahuan Hongaria (The Hungarian Academy of Sciences) menyatakan, meski material dalam limbah itu sangat berbahaya, konsentrasi logam beratnya tidak membahayakan lingkungan.

Logam berat

Sebaliknya, Menteri Lingkungan Hidup Hongaria Zoltan Illes mengatakan, aliran lumpur limbah, yang hingga kini telah menutup areal seluas 41 kilometer persegi, itu mengandung logam berat konsentrasi tinggi yang bisa menyebabkan kanker. Illes memperingatkan bencana lingkungan yang lebih buruk lagi jika kandungan zat beracun ini meresap ke aliran air tanah.

Warga pun meragukan pernyataan Akademi Ilmu Pengetahuan Hongaria itu. ”Akademi itu boleh berkata semaunya. Tetapi, yang jelas, kalau saya berdiri di luar ruangan selama 30 menit saja, langsung ada rasa busuk di mulut dan lidah saya rasanya aneh,” ungkap Barbara Szalai Szita, salah satu warga Desa Devecser, di daerah bencana.

Zsolt Szegfalvi, Direktur Greenpeace Hongaria, juga membantah pernyataan akademi tersebut. Greenpeace sendiri menemukan konsentrasi tinggi arsenik, merkuri, dan krom, tiga logam berat berbahaya di lokasi bencana.

Pemerintah Hongaria telah menetapkan keadaan darurat di tiga daerah yang terkena dampak paling parah.

Meski demikian, pengukuran derajat keasaman (pH) di aliran utama Sungai Danube, Jumat, menunjukkan tingkat polusi zat racun mulai menurun saat bertemu volume air yang besar. Angka pH sudah berada di bawah 9 alias mendekati nilai normal 7.