Skip to content

Sejumlah Vertebrata Dunia Diambang Kepunahan

Sejumlah spesies vertebrata menghadapi ancaman kepunahan serius. Rata-rata 50 spesies mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan mendekati kepunahan setiap tahun.

Hal itu mengemuka dalam UN Convention on Biological Diversity di Nagoya, Jepang, 18-29 Oktober 2022. Para perwakilan negara berkumpul di Jepang untuk menetapkan target dan pencapaian di bidang pelestarian keanekaragaman hayati.

Laporan mengenai ancaman kepunahan tersebut merupakan hasil studi International Union for the Conservation of Nature (IUCN).

Studi yang diluncurkan dalam pertemuan dunia itu juga dipublikasikan di jurnal Science baru-baru ini.

Studi itu menggunakan Red List of Threatened Species IUCN. Studi berbasis 25.000 data spesies yang diikuti dengan ketat statusnya, khususnya vertebrata, itu menyebutkan, 41 persen amfibi dan 13 persen burung paling terancam. Red List of Threatened Species IUCN merupakan pusat informasi status konservasi global paling komprehensif di dunia.

”Tulang punggung dari keragaman hayati sedang terkikis,” ujar pakar ekologi, Profesor Edward O Wilson dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Kamis (28/10). Kondisi itu pun baru sebatas spesies yang diamati teratur dan dikategorikan statusnya oleh IUCN.

Kepunahan terbesar terjadi di Asia Tenggara, lokasi terjadinya pembalakan dan pembukaan hutan untuk lahan pertanian. Hutan merupakan habitat berbagai spesies. Selain itu, eksploitasi berlebihan dan adanya pemangsa merupakan faktor lainnya.

Menurut penelitian IUCN, proporsi dari spesies yang menghadapi kepunahan meningkat. Namun, upaya intensif konservasi akan mengembalikan keadaan.

Ketua Divisi Species Survival Commission dari (IUCN) Simon Stuart mengatakan, dengan memahami ancaman yang ada, disertai upaya konservasi serius, keadaan dapat dipulihkan.

Spesies yang pernah hampir punah kemudian berhasil dipulihkan, antara lain, burung kondor California (Gymnogyps californianus), kakaktua kaki hitam (Mustela nigripes) di Amerika, dan kuda Przewalski (Equus ferus) di Mongolia.

Pelarangan penangkapan paus komersial secara perlahan meningkatkan populasi paus berpunuk (Megaptera novaeangliae) sehingga spesies itu benar-benar keluar dari daftar merah.

Contoh lainnya ialah populasi global burung Seychelles Magpie-robin (Copsychus sechellarum) yang semula kurang dari 15 ekor pada 1965 meningkat menjadi 180 ekor pada 2006 dengan cara mengontrol pemangsa burung tersebut.

Dalam pertemuan di Nagoya, utusan negara-negara mempunyai ambisi berbeda dalam upaya konservasi dan berdebat mengenai siapa yang akan membiayai upaya tersebut.

Pendanaan yang ada sekarang untuk memerangi hilangnya keragaman hayati, yakni sekitar 3 miliar dollar AS dalam satu tahun, dirasa kurang oleh negara berkembang. Jepang menawarkan 2 miliar dollar AS kepada negara berkembang untuk tiga tahun mulai 2022