Skip to content

Sistem Pertanian Berpindah Dengan Membuka Hutan Suku Bantu Membuat Sebagian Afrika Menjadi Gurun Pasir

Hutan tropis Afrika tergolong unik karena memiliki savana luas. Penelitian terbaru menunjukkan manusia Afrika yang hidup ribuan tahun lalu mengubah bentang alam hutan tropis.

Fakta tersebut ditarik dari penelitian sedimen yang diangkat dari hulu Sungai Kongo. Tanah yang tenggelam di dasar sungai terdalam dunia ini menunjukkan campur tangan manusia dalam menciptakan savana di Afrika Tengah.

Pada lapisan sedimen berumur 3.500 tahun, peneliti menemukan terjadinya penumpukan endapan humus. Padahal, pada masa tersebut, curah hujan cenderung tak berubah banyak ketimbang waktu sebelumnya.

Penjelasan yang sangat mungkin mengenai fenomena ini adalah diterapkannya sistem pertanian oleh orang Bantu. Pemukim baru di sekitar daerah aliran Sungai Kongo menanam tumbuhan yang membutuhkan banyak cahaya matahari seperti kelapa sawit, sorgum mutiara, dan singkong. Karenanya mereka harus membuka hutan tropis agar pohon tak membayangi tanah. Kayu hasil tebangan juga bisa dijadikan arang yang berguna untuk membakar bahan pembuat senjata dan gerabah.

Perubahan lahan terbuka bekas hutan menjadi savana ini berlangsung cepat. Apalagi pada saat bersamaan terjadi fluktuasi cuaca akibat faktor alamiah seperri erupsi gunung berapi atau tabrakan meteorid.

“Fluktuasi cuaca bersamaan dengan migrasi orang Bantu yang menerapkan pertanian intensif berdampak pada hutan hujan tropis Afrika,” ujar peneliti iklim dari Unite de Recherche Geosciences Marines, Germain Bayon, melalui makalah yang diterbitkan jurnal Nature.