Riset rumput laut yang dilakukan dari waktu ke waktu kian lebar menguak kegunaan tumbuhan air ini. Selama ini rumput laut telah banyak digunakan sebagai bahan baku beragam jenis produk, seperti pangan, farmasi, dan kosmetika.
Belakangan ini mulai diketahui manfaat lain rumput laut, yaitu sebagai pereduksi emisi gas karbon dan bahan baku biofuel. Oleh karena itu, untuk mengatasi krisis bahan bakar minyak (BBM) yang saat ini telah berlangsung, rumput laut harus dikembangkan pemanfaatannya sebagai sumber alternatif energi.
Hal ini disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi saat memberi sambutan pada Indonesia Seaweed Forum I di Makassar Sulawesi Selatan, Selasa (28/10). Pertemuan ini diselenggarakan Indonesia Seeweed Society, Asosiasi Petani Rumput Laut Indonesia, Ikatan Fikologi Indonesia, dan Asosiasi Rumput Laut Indonesia.
Mikroalga sebagai biodiesel, menurut Freddy, lebih kompetitif dibandingkan dengan komoditas lain. Sebagai perbandingan mikroalga (30 persen minyak) seluas 1 hektar dapat menghasilkan biodiesel 58.700 liter per tahun, sedangkan jagung 172 liter per tahun serta kelapa sawit 5.900 liter per tahun.
Selain itu, lanjutnya, rumput laut juga bukan merupakan bahan konsumsi pokok harian dan budidayanya tidak memerlukan waktu yang lama.
Sebagai daerah yang memiliki kawasan pesisir yang luas, apalagi berada di daerah tropis, Indonesia berpotensi menjadi produsen terbesar rumput laut di dunia. Menurut Freddy, saat ini ada areal seluas 1,1 juta hektar lebih yang berpotensi untuk budidaya rumput laut, tetapi yang termanfaatkan hanya 20 persen.
Menanggapi harapan Freddy, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pihaknya akan menyediakan lahan yang memadai untuk budidaya rumput laut. Sulsel memiliki pesisir pantai sepanjang 2.000 kilometer dan hampir 1.000 jumlah pulaunya.
Revitalisasi perikanan
Oleh karena memiliki beberapa keunggulan, Freddy menambahkan, rumput laut pun dapat menjadi komoditas utama dalam program revitalisasi perikanan. Keunggulan itu antara lain peluang ekspornya masih terbuka luas, harganya relatif stabil, serta belum ada kuota perdagangan bagi rumput laut.
Keunggulan lainnya, teknologi pembudidayaannya sederhana sehingga mudah dikuasai petani, siklus budidayanya relatif singkat sehingga cepat memberikan penghasilan dan keuntungan, kebutuhan modal relatif kecil, serta pembudidayaan rumput laut tergolong usaha padat karya. Di sisi lain, rumput laut ramah lingkungan dan tidak ada produk sintetisnya.
Dalam program revitalisasi budidaya rumput laut tahun 2021 ditargetkan tercapai produksi 1,9 juta ton. Untuk itu, Freddy menekankan perlunya penerapan pola pengembangan kawasan budidaya terutama untuk komoditas Euchema dan Gracilaria. Luas lahan yang diperlukan sampai 2021 adalah 25.000 hektar, yakni 10.000 ha untuk Gracilaria dan 15.000 ha untuk Euchema.
Untuk penyediaan bibit akan dikembangkan kebun bibit di sentra atau pusat pengembangan di Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalsel, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sultera, Maluku, dan Papua. Selain itu, juga akan dilakukan pengaturan pola tanam dan penyediaan 150 unit mesin pra-proses untuk perbaikan mutu pascapanen. Dengan pengembangan ini diperkirakan akan terserap 255.000 tenaga kerja.
nice artikel….
thanks ya infonya…
sangat bermanfaat
wah idenya menarik loh….
sangat menarik artikel ini, tapi teknik yang saya dapatkan baru teknik persediaan lahan yang ada di indonesia.
mungkin dapat di berikan teknik-teknik umum atau dasar mengenai pembuatan rumout laut dari nol hingga menjadi biofuel
ulasan ini memberikan pencerahan bagi siapa saja untuk menekuni budidaya rumput laut dan dapat membuat perencanaan pada tingkat lokal (suatu perairan atau pulau) dalam pengelolaan budidaya rumput laut
menarik sekali…..tolong dong ,saya perlu sekali prosedur lengkap pembuatan bioetanol dari rumput laut, tuk penelitian.
makasih atas infonya
saya pngen tau proses pembuatan rumput laut hingga menjadi biofuel,
thanks
sekarang saya melakukan riset bioetanol bahan baku rumput laut jenis eucheuma cottonii
namun saya ga ada perbandingan literatur
dan sekarang masih belum jelas berhasil atau tidak.
ada yang bisa bantu tidak
saya sdh skrng ini sedang budidayakn rumput laut dipapua(sorong).tapi sy belum bisa pasarkan………….tlng infonya………….
sy sangat tertarik dng budidaya rumput laut.jd sy kembangkan,tp sy terkendala u/ pasarkannya…………….
kepada bp freddy numberi,tlng bangun pabrik u/rumput laut di PAPUA
menarik…
tapi bisa nggak dipaparkan mengenai tahap2 pembuatan biofuel tersebut…mulai dari penyiapan bahan baku hingga hasilnya…tks
Comments are closed.