Interpretasi gambar Matahari yang dimuat situs web the Daily Telegraph dan dikutip beberapa media online tidak benar. Berdasarkan gambar yang dikeluarkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), media tersebut menyebutkan, tsunami atau badai Matahari yang terjadi pada Minggu (1/8) akan mengancam Bumi. ”Tidak ada tsunami atau badai Matahari saat ini,” kata pakar astronomi dan astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Jamaluddin. Kejadian sebenarnya adalah ledakan (flare) kecil di Matahari pada 1 Agustus lalu sekitar pukul 16.00 WIB. Apabila itu mengarah ke Bumi tidak signifikan.
Penjelasan Thomas juga dikuatkan oleh Clara Yono Yatini, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lapan. Ledakan partikel Matahari (radio burst) itu tidak akan memberikan dampak berarti terhadap Bumi. Loncatan partikel Matahari ini kecepatannya relatif rendah, yaitu sekitar 400 kilometer per detik. Dengan kecepatan itu, partikel akan sampai ke Bumi pada Kamis (5/8) atau Jumat (6/8). Namun, partikel sinar ini tidak akan menimbulkan gangguan bagi satelit dan kehidupan di Bumi.
Penegasan itu disampaikan Clara berdasarkan pantauan teropong Matahari milik Lapan di Tanjung Sari yang datanya dikirim secara telemetri ke Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan di Bandung.
Sebenarnya tsunami Matahari berbeda dengan badai Matahari. Tsunami Matahari hanya kejadian di permukaan Matahari di sekitar titik ledakan Matahari. ”Ibarat gelombang tinggi yang timbul di sekitar episentrum gempa yang terjadi di laut, di Matahari ternyata gelombang seperti itu terjadi juga di sekitar titik ledakan Matahari. Ilmuwan menyebutnya tsunami Matahari,” ujarnya.
Gelombang tsunami terjadi pada plasma atau gas panas di permukaan Matahari. Jadi, tsunami Matahari sebenarnya sama sekali tidak berdampak terhadap Bumi. Ledakan Matahari (flare atau lontaran massa matahari, coronal mass ejection/CME) yang dikenal sebagai badai Matahari apabila badainya berskala besar dan mengarah ke Bumi.
Berdasarkan pengamatan Matahari yang dilakukan Lapan selama ini, Clara melihat aktivitas Matahari mencapai titik terendah pada 2000. Hingga kini sesekali muncul flare Matahari, di antaranya pada 2003 dan 2005.
Pada 2003, semburan gelombang radio Matahari sampai ke Bumi dalam waktu 19 jam dengan kecepatan pergerakan partikelnya mencapai 2000 kilometer per detik. Kecepatan ini tergolong yang tercepat. Sedangkan penjalaran yang terlama adalah lima hari untuk sampai ke Bumi.